Kategori Berita
Media Network
Jumat, 05 JUNI 2020 • 14:12 WIB

Jumlah Janda Baru di Makassar Tembus 1.010 Selama Pandemi Corona

Ilustrasi perceraian dan janda baru di Makassar. (Pixabay/geralt).

Wabah virus corona baru tidak hanya berdampak pada sektor eksternal, tapi juga berpengaruh dalam ikatan hubungan pernikahan. Selama pandemi Covid-19 tercatat begitu banyak rumah tangga yang hancur berantakan. Contohnya yang terjadi di Makassar.

Pihak Pengadilan Agama (PA) Makassar Klas IA tekah mencatat, jumlah gugatan cerai memasuki angka 1010 kasus sejak Januari hingga awal Juni 2020. Baik permohonan talak dari suami atau gugatan cerai dari istri.

Hal itu disampaikan Humas PA Makaassar, Alwi Thaha, kepada wartawan, Kamis (4/6/2020) kemarin. Semua permohonan diproses dan kemudian diputuskan. 

Terhitung sudah ada 1010 janda dan duda baru di Makassar yang resmi setelah sidang cerai selama musim pandemi. Hanya ada 14 permohonan yang ditunda dan sedang diselesaikan. 

Menurut Alwi, sidang perceraian ini didominasi oleh gugatan dari para istri. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, seperti ekonomi, orang ketiga dan beberapa masalah lain.

“Kebanyakan yang ajukan gugatan talak adalah perempuan. Karena faktor ekonomi, ada kalanya suami tak memberikan nafkah, ditingggalkan tak ada perhatian. Ada juga karena pihak ketiga, maka terjadi perselisihan,” ungkapnya.

Penyebab tingginya angka perceraian di tengah pandemi

Ilustrasi perceraian. (Pixabay/Stevepb).

Perceraian di tengah pandemi Covid-19 sebenarnya bukan hal baru. Kejadian serupa juga ada di berbagai belahan dunia. Tidak hanya faktor ekonomi dan orang ketiga, perceraian di era pandemi juga bisa dipicu karena kejenuhan karena terlalu lama di rumah. Stres berat karena karantina ini juga memicu reaksi negatif berupa kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

"Pada orang yang tingkat energinya tinggi mengarah ke agresi, mungkin sebelum stay at home ini bisa menyalurkan emosinya ke olahraga yang cukup berat atau hal-hal lain di luar rumah. Tapi sekarang enggak ada pilihan untuk menyalurkan, ditambah bosan sehingga tidak bisa mengatur, mengelola tingkat energi dan emosinya," ujar psikolog klinis dewasa Catharina Sri Indah Gunarti, M.Psi saat dihubungi Indozone.

"Negatif ketemu negatif jadinya memicu kekerasan, apalagi kalau terus menerus bertemu di rumah tapi tidak bisa mengatur regulasi di rumah. Maka dari itu, me-time sangat dibutuhkan," tutur Indah menambahkan.

Artikel Menarik Lainnya: 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Jumlah Janda Baru di Makassar Tembus 1.010 Selama Pandemi Corona

Link berhasil disalin!