Kategori Berita
Media Network
Jumat, 08 MEI 2020 • 15:38 WIB

DPR RI Usul Cetak Uang Rp600 Triliun, Ekonom Rizal Ramli: Berbahaya dan Menyesatkan

Uang rupiah.(Instagram/@bankindonesia)

Ekonom senior, Rizal Ramli, menyoroti adanya usulan Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI yang menginginkan pemerintah mencetak uang sampai Rp600 triliun untuk membantu masyarakat yang terdampak virus corona (Covid-19). Ia pun menilai jika usulan tersebut sangat berbahaya. 

"Berdasarkan sejarah, hal serupa pernah terjadi masa Gubernur Bank Indonesia, Jusuf Muda Dalam di era kepemimpinan Presiden Soekarno. Angka inflasi mencapai 1.000 persen. Rupiah jatuh tidak ada harganya, rupiah dipotong dari 1.000 rupiah menjadi 1 perak, ekonomi Indonesia hancur," kata Rizal di Jakarta, Jumat (8/5/2020).

Rizal menjelaskan, pada tahun 1998 saat krisis moneter melanda, akhirnya pemerintah terpaksa mencetak uang di Australia. Faktanya, uang Rp100.000 dianggap serupa uang plastik saja dan ternyata uang tersebut dicetak dua kali. 

Apalagi, nomor seri yang sama dipakai dua kali, akhirnya, inflasi naik 68 persen dan harga-harga turut melambung tinggi. 

"Jadi, jangan ulangi kesalahan model begini. Di Amerika Latin dan Zimbabwe, banyak sekali negara yang bisanya cetak uang, akibatnya ekonomi mereka hancur, untuk membeli roti saja perlu uang satu kotak," ungkapnya.

"Jangan bawa Indonesia ke kehancuran, anggota-anggota DPR kalau tidak mengerti tanya ke yang ahli dan jangan sok-sok ngerti," sambung dia. 

Ekonom Rizal Ramli.(ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj)

Menurut dia, kendati istilah trendinya Quantitative Easing, pada dasarnya artinya sama-sama cetak uang. Akan tetapi jangan dibandingkan dengan Amerika.

Pasalnya, lanjut dia, negeri Paman Sam itu tentu tidak ada masalah jika cetak uang karena Amerika bisa menjual dolar di seluruh dunia. Eropa dan Jepang bisa cetak uang lebih daripada yang seharusnya. 

"Misalnya, pertumbuhan uang biasanya 10 persen, dia tingkatkan tiga kali, tidak ada masalah karena Eropa dan Jepang punya cadangan devisa yang besar," sebut dia.

Ilustrasi.(ANTARA/File Photo)

Ia menilai, kondisi itu berbeda dengan cadangan devisa Indonesia saat ini, yakni selama enam bulan terakhir berasal dari uang pinjaman bukan dari surplus ekspor. Uang pinjaman bunga mahal itu digunakan untuk memompa atau macro-pumping, maka bisa berbuntut celaka. 

Tercatat hingga saat ini, Bank Indonesia sudah memompa uang Rp350 triliun sampai dengan April untuk memperkuat rupiah.

"Nambah kuatnya hanya sedikit. Lalu, diumumkan akan mompa lagi Rp130 triliun. Saya dengar orang-orang di pasar lagi nungguin agar rupiah menguat sampai Rp14 ribu/US$. Setelah itu, mereka akan beli dolar lagi karena dia tahu rupiah tidak akan bertahan di bawah Rp16 ribu. Jadi, ini permainan yang sangat berbahaya," tandasnya.


Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

DPR RI Usul Cetak Uang Rp600 Triliun, Ekonom Rizal Ramli: Berbahaya dan Menyesatkan

Link berhasil disalin!