Rabu, 08 MEI 2024 • 19:45 WIB

Pengamat UIN Yogyakarta Sebut PDIP dan Gerindra Bersaing Ketat, Ini Alasannya

Author

Pengamat Politik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ahmad Norma Permata. (Z Creators/Olivia Rianjani)

INDOZONE.ID - Persiapan kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, Pengamat Politik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ahmad Norma Permata mengatakan Pilkada 2024 di Yogyakarta sendiri akan berlangsung seru.

Ini karena dua partai besar akan bersaing ketat yakni PDIP dengan Gerindra.

Meski pada PDIP sendiri elektabilitasnya kemungkinan menurun namun tetap masih mendominasi sekitar 20 persen, kemudian disusul Gerindra.

"Saya lihat-lihat, meski tidak dominan seperti dulu tapi sampai saat ini PDIP masih mendominasi diantaranya Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman. Bahkan PDIP bisa maju sendiri 20 persen," kata Norma baru-baru ini.

Ia memprediksi Partai Gerindra akan menyusul cukup fantastis. Padahal sebelumnya, Partai Gerindra hanya sebagai partai tengah.

Baca Juga: Belasan Tokoh Daftar Penjaringan Pilkada Solo Lewat PDIP, Diminta Tak Berbohong

Ditambah, hubungan tidak harmonis antara kelompoknya Prabowo Subianto dengan Megawati Soekarnoputri semakin meramaikan suasana. Tepatnya, posisi Prabowo berada di kubu Jokowi, sehingga itu bisa mengganggu pola-pola koalisi.

"Bisa jadi nanti PDIP daerah misalnya akan maju sendiri seperti kasus pencalonan presiden (capres) karena memiliki kursi 20 persen", sambungnya.

Norma juga menuturkan, di beberapa wilayah seperti Kabupaten Sleman dan Bantul, bahwa calon kepala daerah yang diusung PDIP hanya bisa sampai posisi wakil bupati.

Meski begitu, adanya prestasi DIY yang meraih penghargaan sebagai penyelenggara pemilu terbaik kemungkinan bisa meredam hal tersebut.

"Inilah pertahanan ketika maju harus mencari kendaraan lain dan itu yang menurutnya menjadi seru", ungkapnya.

Baca Juga: Kemungkinan Didatangi Prabowo dan Gerindra, PPP: Kami Menunggu

"Akan tetapi seperti Bu Sri Kustini belum ada kendaraan. Karena PDIP ternyata mencalonkan wakilnya Danang Maharsa. Lalu, PAN mengusung anaknya pak Totok Daryanto. Situasinya ini tidak bisa dipastikan basisnya partai atau tokoh," pungkasnya.

Menurutnya, jika berdasarkan pengalaman Pemilihan Presiden (Pilpres) lalu, semua orang akan sadar bahwa data riil di lapangan sangat vital.

"Karena itulah, saya kira partai-partai akan mendekat terhadap siapa calon yang populer berdasarkan survei. Sementara survei itu kan tidak terlalu sulit dan mahal. Dengan Rp500 juta di kabupaten kota sudah kelihatan hasilnya,” bebernya.

Dengan kondisi itulah, diprediksi bahwa di mana calon yang memiliki popularitas tinggi, maka partai-partai akan mendekat.

Sehingga Dosen Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora tersebut menilai, jika calon yang memiliki popularitas tinggi, maka partai-partai akan mendekat.

“Kalau seimbang, partai yang memiliki kans seperti PDI-P dan Gerindra bisa melakukan push lebih jauh. Sementara partai-partai kecil akan bergerilya,” tutupnya.

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Liputan Langsung