Rabu, 07 FEBRUARI 2024 • 11:40 WIB

Hamas Disebut Beri Respons Positif Soal Tawaran Gencatan Senjata Israel, Ini Tujuannya

Author

Menlu Amerika, Antoni Blinken bertemu dengan PM Qatar, Mohammed al-Thani untuk membahas tawaran gencatan senjata antara Israel dan Hamas

INDOZONE.ID - Negara mediator Qatar, menyebut kelompok militer Hamas telah memberikan respons positif mengenai tawaran pembebasan tawanan dengan Israel, serta gencatan senjata di Gaza.

Dalam konferensi pers yang digelar pada Selasa (6/2/2024), Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed al-Thani, mengumumkan respons positif sebagai gambaran reaksi Hamas. Namun pihaknya tidak memberikan secara detail bagaimana respons tersebut.

"Kami berharap melihat hasilnya segera mungkin," kata al-Thani yang dikutip dari Al Jazeera.

Dalam konferensi ini, al-Thani juga didampingi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, yang sedang berkeliling ke negara Timur Tengah dalam upaya pembahasan tanggapan Hamas dengan pejabat Israel.

Biden menyebut kesepakatakan yang kini tengah dibuat itu merupakan hal penting bagi pihaknya, dan harus segera direalisasikan.

"Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Tetapi kami terus percaya bahwa itu mungkin memang penting dan kami akan terus bekerja tanpa henti untuk mencapainya," kata Blinken.

Sementara itu, pada Selasa (6/2/2024), kantor perdana menteri Israel menyebut pihaknya kini tengah mengevaluasi secara mendalam dengan para pejabat yang ikut dalam proses negosiasi.

Baca Juga: Pemimpin Houthi Ancam Perluas Serangan Jika Genosida di Gaza Tidak Berhenti

Respons Hamas Terkait Proposal Gencatan Senjata

Al Jazeera juga melaporkan bahwa para pemimpin Hamas telah meninjau proposal tersebut termasuk rincian mengenai rincian mengamankan bantuan, tempat tinggal, rekontrusksi, pencabutan pengepungan, serta pembebasan para tawanan perang.

Salah satu juru bicara Hamas menyebut para pemimpinnya memberikan respons positif atas tawaran tersebut.

Dalam laporan Reuters, salah satu pejabat senior Hamas, Ghazi Hamad, menyebut pihaknya bertujuan membebaskan sejumlah besar tawanan Palestina di Israel.

Namun, seorang pejabat Hamas lainnya mengungkap pihaknya tidak akan membebaskan para sandera tanpa jaminan bahwa perang di Gaza berakhir. Serta adanya penarikan seluruh pasukan militer Israel untuk meninggalkan Gaza.

Menurut sumber Reuters, kabarnya jeda gencatan senjata yang diajukan ini akan berlangsung selama 40 hari. Para sandera Israel yang merupakan warga sipil akan dibebaskan dari Gaza. Selanjutnya kesepatakan akan berlanjut dengan menyerahkan tentara serta mayat sandera Israel.

Baca Juga: Hamas Tanggapi Kesepakatan Genjatan Senjata di Gaza

Sejak 7 Oktober, sekitar 136 tawanan Israel masih ada di Gaza. Menurut komandan militer Israel, 50 orang diantaranya kemungkinan telah meninggal, sehingga ada sekitar 80 sandera yang masih hidup di tangan Hamas.

Aksi Militer Israel Di Tengah Upaya Gencatan Senjata 

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tetap bersikukuh untuk terus melancarkan agresi militernya di Gaza. Dirinya mendeklarasikan akan terus berperang sampai Hamas habis.

Keputusan Netanyahu ini dikecam oleh rakyat Israel, karena dinilai tidak mampu mengembalikan keluarganya yang kini ditawan di Gaza. Bahkan ratusan orang di Tel Aviv berdemo menyerukan Netanyahu untuk mundur dari jabatannya. 

Serangan Israel yang menghancurkan pusat kesehatan milik UNRWA di Gaza pada Senin (5/2/2024)

Sementara itu, di tengah perundingan kesepatakan ini, Israel masih saja membombardir Gaza. Pada Selasa (6/2/2024) kemarin, Israel dilaporkan terus menyerang Khan Younis lewat serangan udara dan tank baja. Sedikitnya ada sekitar 14 orang tewas dalam serangan sejak dini hari ini.

Baca Juga: Buntut AS dan Negara Sekutunya Stop Donasi, UNRWA Gak Bisa Bantu Gaza hingga Kehilangan Dana Rp1,02 Triliun!

Selain Khan Younis, Rafah juga dilaporkan diserang Israel dan menewaskan dua orang yang sedang berada di rumah. Israel meyakini Rafah merupakan pusat komando Hams dan bersumpah akan meperluas serangan ke kota-kota berikutnya.

Penulis: Gina Nurulfadilah

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Al Jazeera, Reuters