Kategori Berita
Media Network
Rabu, 30 APRIL 2025 • 11:13 WIB

Ketidakpastian Ekonomi Global, Pakar UGM Desak Pemerintah Lakukan Hal Ini

 
INDOZONE.ID - Adanya ketidakpastian ekonomi global yang dipicu kebijakan tarif Trump berisiko memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan menekan penyaluran kredit perbankan di tanah air.
 
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo alam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI April 2025 secara virtual mengatakan, dinamika kebijakan tarif resiprokal AS bersamaan dengan retaliasi China yang meningkatkan ketidakpastian. Hal ini memicu adanya peningkatan fragmentasi ekonomi global dan penurunan volume perdagangan dunia. 

Muhammad Edhie Purnawan selaku Ekonom FEB UGM mengatakan bahwa dampak utama ketidakpastian global terhadap ekonomi Indonesia saat ini dikarenakan oleh geopolitik, proteksionisme, dan volatilitas pasar keuangan melemahkan rupiah, mengancam ekspor, dan menekan daya beli masyarakat Indonesia.

"Ditambah penguatan dolar AS akibat kebijakan The Fed meningkatkan beban utang luar negeri dan harga impor, meskipun BI-Rate 5,75% membantu stabilitas keuangan," ujarnya, Rabu (30/4/2025).

Baca Juga: Pejabat Pemerintahan Trump Dorong Perjanjian Perdamaian Rusia-Ukraina Setelah Pertemuan di Vatikan

Edhie menilai, tantangan yang paling berat justru dihadapi sektor perbankan, dengan aset Rp 12.000 triliun tengah menghadapi disrupsi digital, tekanan likuiditas, dan risiko kredit. Ia juga mengatakan bahwa bank harus terus berinovasi guna memperkuat likuiditas, dan mengelola risiko secara cerdas untuk mendorong inklusi keuangan dan pertumbuhan ekonomi menuju visi 2045.

“Fintech menggerus pangsa pasar karena konsumen millennial, yang merupakan 54% populasi produktif, menginginkan layanan cepat dan murah. Bank perlu investasi besar pada teknologi seperti open banking dan AI, sambil melindungi diri dari ancaman siber. Tekanan likuiditas muncul akibat aliran modal keluar karena suku bunga global tinggi dan konflik energi, yang melemahkan rupiah dan marjin keuntungan,” paparnya.

BACA JUGA Dear Petani! Ini Saran dari Pakar Klimatologi UGM untuk Hadapi Musim Kemarau

Menurut Edhie langkah konkret yang perlu dilakukan BI dan pemerintah ke depan yakni menjaga stabilitas dan mendorong kesejahteraan melalui koordinasi moneter-fiskal, ketahanan pangan, digitalisasi UMKM, dan diplomasi ekonomi.

"Ini dapat memperkuat kedaulatan ekonomi. Sementara BI perlu mempertahankan BI-Rate 5,75% dan operasi pasar terbuka untuk stabilisasi rupiah, serta menjaga rasio nilai kredit dan pembiayaan," urainya.

Bagi Edhie, ekonomi dan perbankan menjadi pilar ketangguhan, mendorong kesejahteraan dengan kekuatan lokal dan kerja keras, seperti petani yang inovatif dan ilmuwan yang meningkatkan produktivitas, semuanya bertumpu pada stabilitas ekonomi, perbankan inklusif, dan keberlanjutan.

“Pemerintah dan BI perlu menjaga stabilitas ekonomi, menjaga harga tetap terkendali dan pertumbuhan stabil, didukung kebijakan moneter bijak dan anggaran negara yang mendukung UMKM serta energi terjangkau,” katanya.

Baca Juga: Lee Jae Myung Menang Pemilihan Internal, Resmi Jadi Kandidat Kuat Presiden Korea Selatan

Sementara Ekonom FEB UGM lainnya, Sekar Utami Setiastuti, menyebutkan sektor yang paling rentan terkena dampak akibat ketidakpastian perdagangan global adalah sektor manufaktur berbasis ekspor, terutama industri tekstil, alas kaki, elektronik, serta sektor komoditas primer seperti kelapa sawit, karet, dan produk perikanan.

"Pasaknya, perusahaan manufaktur umumnya memiliki ketergantungan pada pasar ekspor utama, seperti Amerika Serikat  dan China, membuat mereka sangat rentan terhadap perubahan kebijakan tarif dan perlambatan permintaan global," ujar Sekar Utami. 

Untuk mengatasi kerentanan ini, ujar Sekar, strategi diversifikasi pasar ekspor perlu dipercepat, dengan mengembangkan akses ke emerging markets di wilayah Asia Selatan, Afrika, dan Timur Tengah.

Selain itu, insentif fiskal, kemudahan pembiayaan ekspor, serta penguatan infrastruktur logistik nasional harus terus diperluas untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar internasional.

"Pendampingan teknis dan dukungan promosi ekspor kepada UMKM juga menjadi krusial untuk memperluas basis eksportir baru yang lebih resilien terhadap dinamika global,” tutur Sekar.

Tidak cukup sampai disitu, pemerintah dan BI diminta memperkuat sinergi kebijakan untuk menjaga stabilitas makro ekonomi sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi riil di tengah ketidakpastian global yang meningkat.

Kemudian dari sisi BI, langkah utama adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui kombinasi suku bunga kebijakan yang tetap responsif terhadap tekanan eksternal dan intervensi terukur di pasar valuta asing dan surat berharga seperti SRBI.

Adapun dari sisi pemerintah, langkah yang harus ditempuh adalah melakukan realokasi belanja negara ke sektor-sektor yang paling terdampak oleh konflik perdagangan global, seperti manufaktur berbasis ekspor, pertanian, dan infrastruktur logistik. 

BACA JUGA Konferensi Internasional di UGM Soroti Dunia Tengah Hadapi Polarisasi, Apa Itu?

“Kondisi ekonomi dan perbankan Indonesia ke depan bersifat mildly optimistic namun tetap berhati-hati, mengingat tantangan eksternal dan domestik yang looming. Untuk itu, sinergi antara kebijakan moneter, fiskal, makro dan mikroprudensial perlu diperkuat agar perekonomian dan sektor perbankan Indonesia dapat tetap resilien dan tumbuh berkelanjutan di tengah dinamika global yang kompleks,” pungkas Sekar.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Keterangan Pers

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Ketidakpastian Ekonomi Global, Pakar UGM Desak Pemerintah Lakukan Hal Ini

Link berhasil disalin!