INDOZONE.ID - Presiden Taiwan Lai Ching Te, menanggapi keputusan China yang akan menjatuhkan hukuman mati pada kelompok pendukung kemerdekaan Taiwan yang keras kepala.
Ketika ditanya tentang tindakan China pada konferensi pers di kantor kepresidenan di Taipei, Lai Ching Te terlebih dulu menyampaikan simpatinya terhadap banjir yang melanda China selatan baru-baru ini.
"Saya ingin menekankan, demokrasi bukanlah sebuah kejahatan, tapi otokrasilah yang merupakan kejahatan sesungguhnya," tegas Presiden Taiwan Lai Ching Te, seperti dilansir Reuters, Senin (24/6/2024).
Baca Juga: Anggota Parlemen Taiwan Saling Baku Hantam Buntut Perselisihan Reformasi UU Parlemen
"China sama sekali tidak punya hak untuk memberikan sanksi kepada rakyat Taiwan hanya karena posisi yang mereka pegang. Terlebih lagi, China tidak punya hak untuk memperjuangkan hak-hak rakyat Taiwan. melintasi perbatasan," sambungnya.
Lai Ching Te juga menyerukan China untuk menghadapi keberadaan Republik China dan melakukan dialog dengan pemerintah Taiwan yang terpilih secara demokratis dan sah.
"Jika hal ini tidak dilakukan, hubungan antara Taiwan dan China hanya akan menjadi semakin renggang," tambah Lai Ching Te.
Lebih jauh, Lai Ching Te menolak klaim kedaulatan China dan mengatakan hanya rakyat Taiwan yang dapat menentukan masa depan mereka.
Baca Juga: Gempa Magnitudo 6,0 Kembali Guncang Taiwan, Jadi Rangkaian Guncangan sejak Kemarin
Sebelumnya, China terang-terangan memperlihatkan ketidaksukaan terhadap Presiden Taiwan Lai Chin Te, yang mulai menjabat sejak bulan lalu.
China mengatakan, Lai Ching Te adalah seorang sapartis dan melakukan latihan perang tak lama setelah pelantikannya sebagai presiden.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Reuters