INDOZONE.ID - Para pemimpin Kristen di seluruh Tepi Barat, termasuk di kota suci Betlehem, telah memutuskan untuk membatalkan semua perayaan Natal tahun ini. Hal itu dilakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap saudara-saudara mereka di Gaza yang tengah menghadapi konflik bersenjata.
Sebagaimana diwartakan oleh The Christianity Today pada, Minggu (3/12/2023), pernyataan resmi menyatakan bahwa takkan ada perayaan publik, lampu Natal berkelap-kelip, atau pohon yang dihias di Manger Square selama keadaan perang masih berlangsung di Gaza.
Pemimpin Kristen di Betlehem menegaskan keputusan ini sebagai bentuk dukungan terhadap rakyat Gaza dan seluruh Tepi Barat yang tengah mengalami konsekuensi dari konflik bersenjata dengan Israel.
Sebelumnya, Leluhur dan Pemimpin Gereja di Yerusalem telah mengajak umat Kristiani di Tanah Suci untuk menahan diri dari kegiatan Natal yang bersifat berlebihan. Seruan serupa juga datang dari Gereja-gereja Katolik di Galilea dan Dewan Gereja Injili Lokal di Tanah Suci.
Baca Juga: Denmark Bikin RUU Tentang Penistaan Agama Usai Al-Qur’an Kerap Dibakar Sembarangan oleh Islamophobia
"Karena ribuan orang terbunuh, dan dalam doa untuk perdamaian, kami hanya akan mengadakan kebaktian tradisional dan kebaktian tentang makna Natal," tegas Pastor Munir Kakish.
Pada tanggal (2/11/2023), Dewan Pemimpin Gereja Yordania (JCCL) juga mengumumkan pembatalan perayaan Natal sebagai bentuk penghormatan terhadap korban yang tidak bersalah dan kecaman terhadap tindakan biadab militer Israel.
Israel kembali Menyerang Gaza Setelah Gencatan Senjata Berakhir
Dalam situasi sulit di Gaza dan seluruh Palestina, dengan rumah, sekolah, rumah sakit, dan tempat ibadah mengalami kehancuran, Ibrahim Dabbour, sekretaris jenderal JCCL dan pendeta Ortodoks Yunani, menyatakan jika pihaknya tak sampai hati merayakan Natal di tengah konflik.
"Di rumah kami, kami bisa merayakannya, namun di dalam hati kami menderita. Bagaimana kita bisa menghias pohon Natal?" ucap Ibrahim.
Baca Juga: Duh! Napi di Lapas Tangerang Berhasil Kabur, Kini Masih Diburu
Dalam atmosfer konflik dan kehancuran yang melanda Gaza dan Palestina secara keseluruhan, keputusan para pemimpin Kristen Palestina untuk membatalkan perayaan Natal menunjukkan tindakan solidaritas yang mendalam.
Para pemimpin gereja menekankan bahwa saat ini, fokus utama adalah doa untuk perdamaian dan mengecam tindakan kekerasan yang telah menimbulkan ribuan korban.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: The Christianity Today