Bulan lalu, kapal lain milik Freedom Flotilla, bernama Conscience, juga dilaporkan diserang oleh drone, dalam insiden yang oleh kelompok tersebut dituding dilakukan oleh Israel.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan, blokade yang telah berlangsung lama, termasuk sebelum perang Israel-Hamas, dianggap perlu untuk mencegah penyelundupan senjata oleh kelompok bersenjata Palestina.
Menurut koordinat yang diberikan Freedom Flotilla Coalition, kapal Madleen dicegat sekitar 185 km sebelah barat pantai Gaza.
Meski Israel belakangan ini mulai mengizinkan sebagian bantuan masuk kembali setelah dua bulan sempat ditutup, situasi di Gaza masih sangat memprihatinkan. Puluhan warga dilaporkan tewas di sekitar titik distribusi bantuan sejak akhir Mei.
Bahkan, pada hari yang sama, pasukan Israel dilaporkan menembak warga sipil yang hendak mengambil bantuan di pusat distribusi yang dijalankan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF). Lima warga sipil dilaporkan tewas akibat tembakan di dekat Rafah, Gaza selatan.
Salah satu saksi, Abdallah Nour al-Din, mengatakan, 'tentara Israel melepaskan tembakan' ke arah warga yang mulai berkumpul sejak pagi.
Militer Israel menyebutkan, mereka menembak orang-orang yang dianggap mengancam keselamatan pasukan, meski telah diperingatkan.
Di lokasi berbeda, di Khan Younis, militer Israel juga mengklaim telah menemukan jenazah Mohammed Sinwar, saudara laki-laki Yahya Sinwar yang dituding sebagai dalang serangan Hamas pada tahun 2023.
Jenazah ditemukan di sebuah terowongan bawah tanah, di bawah Rumah Sakit Eropa, bersama dengan informasi intelijen tambahan.
Di tengah kondisi yang semakin genting, warga Gaza masih harus berjuang mendapatkan bantuan makanan.
Lin al-Daghma, yang ayahnya tewas tertembak, menangis di depan jenazah sang ayah sambil berkata, “Aku tidak sanggup melihatmu seperti ini.” Ia bercerita betapa sulitnya memperoleh bantuan pangan selama blokade berlangsung.
Umm Ghassan, warga yang mengungsi di Gaza City, mengatakan, dirinya tidak bisa mendapatkan bantuan dari titik distribusi GHF.
“Terlalu banyak orang dan tembakan di mana-mana. Saya takut masuk, tapi banyak yang rela mempertaruhkan nyawa demi anak-anak dan keluarga mereka," kata Ghassan.
Insiden penahanan terhadap Greta Thunberg dan aktivis pro-Palestina lainnya di kapal bantuan Madleen, semakin menyoroti ketegangan yang terus memuncak antara Israel dan pihak-pihak yang berupaya mengirim bantuan ke Gaza.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Washington Post