Dengan musim hujan yang diperkirakan akan segera datang, PBB memperingatkan adanya risiko penyebaran penyakit seperti kolera dan malaria.
Di tengah upaya bantuan, ketegangan masih terjadi. Militer Myanmar mengaku melepaskan tembakan peringatan ke arah konvoi bantuan dari Palang Merah China karena tidak berhenti di zona konflik.
Konvoi berisi sembilan kendaraan itu membawa bantuan ke Mandalay, salah satu kota yang paling terdampak gempa. Pihak militer mengklaim bahwa tim penyelamat China tidak memberi tahu keberadaan mereka di area tersebut.
Baca Juga: Presiden Trump: Amerika Siap Bantu Myanmar Pasca Gempa Dahsyat
China kemudian mengonfirmasi bahwa tim penyelamat mereka dalam kondisi aman dan meminta semua pihak di Myanmar untuk melindungi pekerja kemanusiaan serta memprioritaskan bantuan bagi korban gempa Myanmar.
Beberapa kelompok bersenjata pemberontak di Myanmar juga menyatakan gencatan senjata sementara untuk memastikan bantuan bisa sampai ke daerah terdampak.
Militer Myanmar sendiri mengumumkan penghentian sementara pertempuran hingga 22 April untuk mendukung upaya pemulihan.
Meski situasi masih penuh risiko, tim penyelamat terus berusaha mencari korban selamat, meskipun harapan semakin menipis. Jalanan dan jembatan yang rusak, serta terbatasnya akses listrik dan komunikasi, semakin memperumit upaya evakuasi.
Hingga saat ini, PBB melaporkan bahwa 25 tim penyelamat dari 13 negara telah berada di Myanmar.
Namun, di tengah bantuan internasional, pilar utama pemulihan tetaplah warga Myanmar sendiri. Mereka yang mengenal setiap sudut jalan dan komunitas mereka terus berusaha bangkit dan menolong satu sama lain.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Channelnewsasia.com