Kehancuran kota akibat perang Ukraina Vs Rusia.
INDOZONE.ID - Serangan bom terarah Rusia di kota Zaporizhzhia, Ukraina selatan telah menewaskan sedikitnya 13 warga sipil dan melukai sekitar 30 lainnya, kata sejumlah pejabat.
Rekaman grafis yang diunggah di halaman Telegram Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada hari Rabu (8/1/2025) menunjukkan warga sipil berlumuran darah tergeletak di jalan kota yang sedang dirawat oleh layanan darurat.
“Tidak ada yang lebih brutal daripada pengeboman udara terhadap sebuah kota dengan mengetahui bahwa warga sipil biasa akan menderita,” tulis Zelenskyy di X.
Blok perumahan bertingkat tinggi, fasilitas industri dan infrastruktur lainnya rusak dalam serangan itu, Kantor Kejaksaan Agung Ukraina mengatakan di Telegram pada hari Rabu. Puing-puing menghantam trem dan bus dengan penumpang di dalamnya, tambahnya.
Baca Juga: Donald Trump Ancam untuk Kuasai Greenland dan Terusan Panama, Demi Keamanan dan Ekonomi Nasional
Gubernur Daerah Ivan Fedorov mengatakan pasukan Rusia meluncurkan bom berpemandu ke daerah pemukiman di kota itu pada siang hari dan sedikitnya dua bangunan pemukiman terkena serangan itu.
Moskow telah sering melancarkan serangan udara terhadap infrastruktur sipil selama hampir tiga tahun perangnya di Ukraina. Moskow secara konsisten membantah telah menargetkan warga sipil.
Jonah Hull dari Al Jazeera, melaporkan dari Kharkiv di Ukraina, mengatakan bahwa serangan ditujukan pada apa yang digambarkan sebagai lokasi industri.
"Hull menggambarkan pemandangan kehancuran di luar pabrik, di gedung apartemen bertingkat di seberangnya selain trem dan minibus yang lewat, yang seharusnya mengangkut penumpang."
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Hadapi Upaya Penangkapan Kedua
Marina Miron, seorang analis militer di King's College London, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pabrik tersebut telah menjadi sasaran pada bulan November karena Rusia mengatakan bahwa Ukraina menggunakannya untuk merakit pesawat tak berawak.
“Namun, karena kematian warga sipil, ada kemungkinan sistem navigasi Rusia diganggu,” kata Miron.
Serangan itu terjadi saat Rusia dan Ukraina berupaya menunjukkan kekuatan sebelum pelantikan Presiden terpilih AS Donald Trump pada tanggal 20 Januari 2025.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Al Jazeera