Setelah beberapa tahun berada di luar negeri, Musso kembali ke Indonesia pada tahun 1947 dengan harapan untuk melanjutkan perjuangan komunis. Ia tidak hanya kembali sebagai seorang pemimpin PKI, tetapi juga sebagai tokoh yang ingin menegakkan revolusi sosial di Indonesia.
Namun, setelah kembali, Musso menghadapi konflik internal dengan faksi-faksi lain dalam pergerakan nasional.
Ia mencoba untuk mengembalikan PKI ke jalur revolusi yang lebih radikal dan menuntut agar PKI lebih agresif dalam memperjuangkan kemerdekaan, yang akhirnya memunculkan ketegangan antara dirinya dan kelompok nasionalis lain yang lebih moderat.
Baca Juga: Mengenang Sosok Ichlasul Amal, Saksi Menjelang Tumbangnya Soeharto
Salah satu momen paling dramatis dalam karier politik Musso adalah keterlibatannya dalam Pemberontakan Madiun 1948. Musso bersama dengan PKI mencoba untuk menggulingkan pemerintahan Republik Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Sukarno dan wakilnya, Mohammad Hatta.
Pemberontakan ini bertujuan untuk mendirikan negara komunis yang lebih radikal, namun akhirnya berakhir dengan kegagalan.
Pemberontakan Madiun diakhiri dengan penangkapan dan pembunuhan banyak anggota PKI, termasuk Musso yang tewas dalam pemberontakan tersebut.
Kematian Musso menandai berakhirnya salah satu fase paling kontroversial dalam sejarah pergerakan komunis di Indonesia.
Baca Juga: UGM Berduka: Ichlasul Amal, Mantan Rektor Meninggal Dunia
Walaupun kegagalannya dalam pemberontakan dan ketegangan internal yang terjadi setelahnya, Musso tetap menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya dalam konteks ideologi kiri.
Ia berjuang untuk revolusi sosial dan pembebasan kelas pekerja dari penindasan kolonial dan kapitalisme.
Bagi sebagian orang, Musso adalah simbol dari tekad dan semangat untuk memperjuangkan kemerdekaan dengan cara yang lebih radikal dan mendalam.
Namun, bagi banyak pihak, terutama kelompok yang lebih moderat dan nasionalis, pandangan Musso yang ekstrem dan metode perjuangannya yang keras sering dianggap sebagai ancaman terhadap persatuan bangsa Indonesia yang baru saja merdeka.
Meski demikian, kontribusinya dalam menggugah kesadaran politik kelas pekerja dan rakyat kecil tetap dikenang sebagai bagian dari sejarah panjang perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal