Kategori Berita
Media Network
Senin, 06 APRIL 2020 • 12:02 WIB

Arab-Rusia 'Rujuk', Analis Nilai Harga Minyak Dunia Belum Akan Pulih

Ilustrasi kilang minyak. (ANTARA/M Ibnu Chazar)

Arab Saudi dan Rusia diprediksi akan segera mengakhiri 'perang' harga minyak yang terjadi sejak awal Maret 2020 lalu. Hal ini kemudian membuat optimisme investor dan pelaku pasar menguat. 

Sebagaimana diketahui, sepanjang pekan lalu, harga minyak jenis Brent melesat 36,82%, sementara light sweet membukukan kenaikan 31,74%.

OPEC sendiri saat ini tengah merancang kesepakatan untuk memangkas produksi hingga 10 juta/barel atau sekitar 10% dari total produksi dunia. OPEC akan mengadakan pertemuan pada 9 Apri 2020 untuk membahas persoalan ini. 

Meski demikian, Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee kepada Indozone mengaku belum cukup yakin bahwa harga minyak dunia akan segera membaik meski sinyal damai Arab-Rusia sudah tampak. Sebab ada satu lagi yang juga akan mempengaruhi harga minyak dunia, yaitu kebijakan produksi shake gas Amerika Serikat. 

Hans Kwee mengatakan, meski Presiden Donald Trump mengungkapkan telah berbicara dengan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Saudi Mohammad Bin Salman dan meminta mengurangi produksi minyak mentah mereka, namun ia sendiri belum yakin bahwa harga minyak dunia akan berbalik menguat di pekan ini. 

Ditambahkannya lagi, meski harga minyak jenis Brent yang merupakan patokan internasional naik 21 persen dan West Texas Intermediate patokan Amerika juga naik 25 persen, namun secara overall tahun ini harga minyak sudah turun lebih dari 58%. Hal ini juga sudah berakibat pelaku pasar menjual aset keuangan lain untuk menutup kerugian kontrak minyak mentah. 

Penurunan ini juga kemudian memukul industry shale oil AS yang mendorong ekonomi dan menyerap banyak tenaga kerja di sana. 

"Saya tidak percaya Rusia dan Anggota OPEC akan segera menurunkan pasokan minyak mentah mereka, karena Arab justru baru saja menaikan produksinya. Selain itu tanpa partisipasi AS dalam menurunkan produksi shale oil, akan sulit menemukan penurunan produksi minyak dunia dalam waktu dekat," ujar Hans Kwee kepada Indozone, Senin (6/4/2020).  

Minyak sendiri cenderung tertekan akibat penurunan permintaan akibat aktivitas lockdown yang di pakai berbagai Negara untuk melawan Covid 19. Sementara itu, kedua negara yaitu Arab dan Rusia, justru malah meningkatkan produksi mereka. Jumlah stok yang meningkat ditengah penurunan permintaan tersebut yang kemudian membuat harga minyak drop. 

Di satu sisi, kondisi saat ini hanya Tiongkok saja yang sudah mulai pulih dari Covid 19. Tiongkok dilaporkan mulai membeli minyak untuk cadangan darurat. Hal oni kemudian menjadi berita positif pengerek harga minyak mentah yang terjadi pada pekan lalu.

Artikel menarik lainnya

 

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Arab-Rusia 'Rujuk', Analis Nilai Harga Minyak Dunia Belum Akan Pulih

Link berhasil disalin!