Senin, 20 JANUARI 2025 • 22:05 WIB

Pasca Gencatan Senjata, Masa Depan Gaza Masih Belum Pasti

Author

Kondisi Gaza yang luluh lantah akibat gempuran dari Israel. Tercatat lebih dari 46,800 warga Palestina tewas sealam 2023.

INDOZONE.ID - Apa yang akan terjadi selanjutnya di Gaza masih belum jelas karena tidak adanya kesepakatan komprehensif mengenai masa depan daerah itu pascaperang. Untuk memulihkan kondisi Gaza, akan memerlukan miliaran dolar dan bertahun-tahun kerja keras untuk membangunnya kembali.

Meskipun tujuan gencatan senjata yang dinyatakan adalah untuk mengakhiri perang sepenuhnya, hal itu dapat dengan mudah dibatalkan. Seperti saat ini yang ternyata gencatan senjata sempat ditunda secara sepihak oleh Israel.

Hamas yang telah menguasai Gaza selama hampir dua dekade, bertahan meskipun kehilangan pimpinan tertingginya dan ribuan pejuang.

Israel telah bersumpah tidak akan membiarkan Hamas kembali berkuasa. Israel telah membersihkan sebagian besar wilayah di Gaza, dalam sebuah langkah yang secara luas dilihat sebagai langkah terciptanya zona penyangga yang akan memungkinkan pasukannya bertindak bebas terhadap ancaman di daerah tersebut.

Sedangkan di Israel, bebasnya para sandera Hamas mungkin meredakan sebagian kemarahan publik terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pemerintah sayap kanannya atas kegagalan keamanan 7 Oktober yang menyebabkan hari paling mematikan dalam sejarah negara itu.

Baca Juga: Gencatan Senjata di Gaza Resmi Dimulai Setelah Alami Penundaan

Namun, ada kendala lain yaitu kelompok garis keras di pemerintahannya mengancam akan mengundurkan diri jika perang terhadap Hamas tidak dilanjutkan.

Hal ini membuatnya terjepit antara keinginan Washington untuk melihat perang berakhir dan sekutu politik sayap kanannya di dalam negeri. Jika perang terjadi lagi, maka puluhan sandera mungkin tertinggal di Gaza.

Selain Gaza, perang tersebut juga memicu perang dengan gerakan Hizbullah Lebanon yang didukung oleh Teheran. Hal ini secara tak langsung membawa Israel ke dalam konflik dengan musuh bebuyutannya, Iran, untuk pertama kalinya.

Lebih dari setahun kemudian, Timur Tengah telah berubah. Iran, yang menghabiskan miliaran dolar untuk membangun jaringan kelompok militan di sekitar Israel, telah melihat poros perlawanannya hancur.

Hizbullah, yang persenjataan rudalnya yang besar pernah dianggap sebagai ancaman terbesar bagi Israel, telah menjadi rendah hati karena pimpinan tertingginya terbunuh dan sebagian besar rudal serta infrastruktur militernya hancur.

Akibatnya, rezim Assad yang berkuasa selama puluhan tahun di Suriah digulingkan. Hal ini membuat sekutu utama Iran lainnya tersingkir dan membuat militer Israel secara efektif tidak tertandingi di wilayah tersebut.

Di bidang diplomatik, Israel menghadapi kemarahan dan isolasi atas kematian dan kehancuran di Gaza.

Baca Juga: Singapura Sambut Baik Gencatan Senjata Gaza dan Akan Kirim Bantuan Tambahan

Mahkamah Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan dari Pengadilan Kriminal Internasional kepada Netanyahu atas tuduhan kejahatan perang dan tuduhan genosida.

Israel bereaksi dengan geram terhadap kedua kasus tersebut. Mereka menolak tuduhan tersebut karena bermotif politik dan menuduh Afrika Selatan, yang mengajukan kasus ICJ asli serta negara-negara yang ikut bergabung melakukan antisemitisme.

Perang tersebut dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan yang menewaskan 1.200 orang dan lebih dari 250 orang disandera, menurut penghitungan Israel. Lebih dari 400 tentara Israel telah tewas dalam pertempuran di Gaza sejak saat itu.

Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza, operasi militer Israel selama 15 bulan di Gaza telah menghancurkan sebagian besar wilayah dan menewaskan hampir 47.000 warga Palestina.

Kantor hak asasi manusia PBB mengatakan kematian yang telah diverifikasi sejauh ini menunjukkan bahwa mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak. Sedangkan Israel mengatakan lebih dari sepertiga korban tewas di Gaza adalah anggota Hamas.

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Reuters