INDOZONE.ID - Beberapa anggota kabinet baru Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, menerima ancaman, termasuk peringatan bom, menurut pernyataan FBI pada Rabu (27/11). Salah satu calon bahkan melaporkan insiden bom pipa dengan pesan bertema pro-Palestina.
Calon-calon yang ditunjuk Trump untuk posisi Duta Besar PBB, Kepala Badan Perlindungan Lingkungan (EPA), serta mantan calon Jaksa Agung AS, dilaporkan termasuk di antara mereka yang menjadi sasaran ancaman tersebut.
“FBI menyadari adanya banyak ancaman bom dan insiden swatting yang menargetkan calon-calon kabinet serta pejabat yang ditunjuk. Kami bekerja sama dengan mitra penegak hukum untuk menangani situasi ini,” kata FBI dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: 6 Fakta Vladimir Putin Ucapkan Selamat pada Donald Trump, Siap Mulai Dialog dengan AS
Swatting adalah praktik mengirim polisi secara darurat ke rumah seseorang dengan laporan palsu. Di Amerika Serikat, insiden seperti ini kerap terjadi, dan banyak tokoh politik senior menjadi korban dalam beberapa tahun terakhir.
Juru bicara tim transisi Trump, Karoline Leavitt, mengungkapkan bahwa beberapa pejabat yang ditunjuk telah menjadi sasaran ancaman kekerasan yang disebutnya sebagai “tidak patriotik” dan “mengancam nyawa mereka beserta keluarga.”
Presiden Joe Biden, yang akan segera meninggalkan jabatannya, telah diberi informasi terkait ancaman ini, menurut Gedung Putih.
Baca Juga: Biden Ucapkan Selamat kepada Trump dan Ajak Bertemu di Gedung Putih
“Gedung Putih terus berkomunikasi dengan penegak hukum federal serta tim Presiden terpilih, dan kami memantau situasi ini dengan cermat,” ujar seorang juru bicara.
Biden menegaskan bahwa pemerintahannya mengutuk segala bentuk kekerasan politik dan berkomitmen untuk memastikan transisi kepresidenan yang damai.
Hal ini berbeda dengan peristiwa pada Januari 2021, saat massa yang diprovokasi oleh Trump menyerbu Gedung Capitol akibat klaim palsu tentang kecurangan pemilu.
Elise Stefanik, seorang anggota kongres pendukung setia Trump yang ditunjuk sebagai Duta Besar PBB, mengatakan bahwa kediamannya di New York menjadi target ancaman bom.
Saat ancaman diterima, ia, suami, dan anak kecilnya sedang dalam perjalanan pulang ke New York untuk merayakan liburan Thanksgiving.
Lee Zeldin, yang dipilih Trump sebagai Kepala EPA, juga melaporkan adanya ancaman bom pipa di rumahnya yang disertai pesan bertema pro-Palestina. Mantan anggota kongres dari New York ini mengungkapkan bahwa keluarganya tidak berada di rumah saat insiden terjadi.
Selain itu, Scott Turner, mantan pemain NFL yang ditunjuk sebagai Menteri Perumahan, serta calon Menteri Tenaga Kerja Trump, juga melaporkan menerima ancaman bom di kediaman mereka.
Sumber yang dikutip oleh Fox News Digital mengungkap bahwa calon Direktur CIA, John Ratcliffe, serta calon Menteri Pertahanan, Pete Hegseth, juga menjadi target ancaman.
Sebelum dilantik kembali sebagai Presiden pada Januari mendatang, Trump telah dengan cepat membentuk kabinet loyalis. Namun, beberapa dari mereka menghadapi kritik tajam atas kurangnya pengalaman.
Trump, yang berhasil menghindari pengadilan terkait dakwaan kriminal atas upaya membatalkan kekalahannya dalam Pemilu 2020, sebelumnya sempat menjadi korban percobaan pembunuhan pada Juli lalu.
Dalam insiden itu, ia terluka di telinga selama kampanye. Penembaknya tewas dalam baku tembak.
Pada bulan September, pihak berwenang juga menangkap seorang pria yang diduga merencanakan serangan terhadap Trump saat bermain golf di lapangannya di West Palm Beach, Florida.
Menanggapi ancaman ini, Leavitt menegaskan bahwa intimidasi dan kekerasan tidak akan menggoyahkan tekad mereka. “Dengan Presiden Trump sebagai panutan, kami tidak akan gentar menghadapi tindakan berbahaya ini,” ujarnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Channelnewsasia.com