Kisah Shaaban Ahmad, Pemuda yang Terbakar Akibat Serangan Israel di Pengungsian Rumah Sakit Al-Aqsa
INDOZONE.ID - Beredar sebuah video di media sosial yang menunjukkan sesosok pemuda meninggal akibat terbakar saat penyerangan tentara israel di pengungsian rumah sakit Al-Aqsa pada Senin (14/10/2024) lalu.
Setelah insiden tragis tersebut, ditemukan identitas sang jasad, yang merupakan pemuda bernama Shaaban Ahmad.
Anak laki-laki berumur 20 tersebut terbakar hidup-hidup. Namun, akibat api yang menyerangnya begitu ganas, para penyelamat tidak bisa menyelamatkan korban.
Shaaban merupakan anak sulung di keluarganya. Di lokasi tempat ia mengungsi bersama keluarganya, Shaaban berniat membangun tenda yang akan digunakan oleh keluarga untuk berlindung.
Baca Juga: Tentara Israel Bakar Warga Palestina Hidup-hidup di Pengungsian Rumah Sakit Al Aqsa
Akan tetapi, tenda tidak sepenuhnya bisa melindunginya dari penyerangan tentara. Akibatnya, Shaaban dan Ibu kandungnya meninggal terbakar.
Sebelum Shaaban dievakuasi di pengungsian rumah sakit Al-Aqsa, ia sudah berbaring di kasur rumah sakit dan mendapatkan suntikan IV setelah ia selamat dari penyerangan bom di sebuah masjid pada tanggal 6 Oktober lalu.
“Terutama pada malam hari, sangat kejam. Dingin, tanpa pengampunan yang diisi dengan tangisan dari anak-anak yang hanya tahu ketakutan dan ketidakpastian,” kata Shaaban dalam penulisan di penggalangan dana untuk keluarganya.
“Dulu aku punya mimpi yang besar, namun perang merusak semuanya. Hal itu sangat membebaniku, membuatku sakit secara fisik dan mental. Aku menderita depresi dan rambut rontok dari trauma yang kita hadapi,” lanjutnya.
Sebelumnya Shaaban juga kehilangan sahabat terdekatnya, Anas. Ia menuliskan rasa dukanya melalui foto-foto di akun instagram pribadinya @shabanahmed19.
Melalui instagramnya juga, Shaaban memberikan update tentang situasi yang tragis di Palestina.
Upaya Mencapai Mimpi Shaaban
Shaaban baru memulai perkuliahannya di bulan September lalu, mengambil jurusan Software Engineering (Rekayasa Perangkat Lunak).
Pada saat Israel melakukan penyerangan genosida, Shaaban dan keluarganya terpaksa pindah dari rumahnya di kota Gaza.
Hingga pada akhir bulan Oktober, ia tinggal di tenda di tempat pengungsian rumah sakit Al-Aqsa.
Walaupun keadaan yang menyeramkan dan kacau, Shaaban tetap belajar dan mengikuti kuliah dari tenda.
Demi mendapatkan akses internet yang memadai, Shaaban harus berjalan 30 menit dari tempat tinggalnya.
Dehidrasi, rasa lapar, dan dirinya yang penuh luka, Shaaban mengusahakan semuanya untuk keluarganya.
Baca Juga: Kisah Fatima Najdi Beserta Keluarga yang Jadi Korban dari Serangan Brutal Israel di Lebanon
Tidak hanya itu, Shaaban merupakan anak didik dari @scholarships4gh4zza, sebuah lembaga yang berinisiatif untuk menyediakan beasiswa internasional untuk mahasiswa di Gaza.
Shabaan bekerja dengan mereka untuk memenuhi pendidikan S1nya, dengan nilai rata-rata 97.9% di ujiannya.
Tidak hanya menempuh pendidikan, tetapi Shaaban juga mengambil keputusannya tersendiri untuk mengamankan dana untuk dirinya dan keluarganya mengungsi ke Mesir.
“Bayangkan betapa leganya kita saat mendapatkan pelukan hangat setelah menggigil setiap malam di tempat pengungsian sementara,” ujar Shaaban dalam tulisan untuk penggalangan dana untuk keluarganya
“Betapa nyamannya bisa berbagi makanan dengan orang-orang terkasih setelah hari demi hari kelaparan, betapa tenangnya mengetahui bahwa anak-anak kami aman dari jahatnya perang.” lanjutnya.
Penulis: Gadis Kinamulan Esthiningtyas
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Instagram