INDOZONE.ID - Kelompok militan Palestina Hamas telah menolak usulan terbaru untuk gencatan senjata di Gaza, dan menyalahkan Presiden Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu sebagai biang kerok.
Hamas sebelumnya mempertimbangkan proposal yang diajukan oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar setelah adanya pertemuan antara ketiga mediator negara tersebut dengan pejabat Israel pada Jumat (16/8/2024) minggu lalu.
Pejabat Hamas tidak hadir dalam pertemuan tersebut, namun mereka diberi pengarahan tentang hasil pertemuan.
Baca Juga: Israel Kembali Berulah, Serangan Udara di Gaza Tewaskan 17 Warga Palestina, Termasuk 8 Anak-Anak
Kini, Hamas menyatakan bahwa usulan tersebut mencakup persyaratan baru yang diajukan oleh Israel, dan mereka tidak dapat diterimanya. Mereka menilai Netanyahu sebagai biang kerok kegagalan gencatan senjata.
"Setelah diberi pengarahan oleh para mediator tentang apa yang terjadi pada putaran terakhir perundingan di Doha (Qatar), kami sekali lagi sampai pada kesimpulan bahwa (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu masih berupaya menghalangi tercapainya kesepakatan dan menetapkan persyaratan serta tuntutan baru dengan tujuan melemahkan upaya para mediator dan memperpanjang perang," kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Hamas selalu menentang keberadaan Israel di Gaza dan kontrol Israel di perbatasan Mesir. Mereka tidak akan menyetujui gencatan senjata yang tidak permanen. Menurut Hamas, usulan baru tersebut mengabaikan tuntutan utama mereka.
Baca Juga: Buntut Serangan ke Sekolah Gaza, AS Didesak Akhiri Dukungan untuk Israel
"Dia (Netanyahu) juga menetapkan persyaratan baru dalam berkas pertukaran tahanan, dan menarik kembali persyaratan lainnya, yang semuanya menghalangi penyelesaian kesepakatan pertukaran," katanya.
"Kami menganggap Netanyahu sepenuhnya bertanggung jawab atas kegagalan upaya mediator, hambatan dalam mencapai kesepakatan, dan bertanggung jawab penuh atas nyawa para tahanannya, yang menghadapi bahaya yang sama seperti yang dihadapi rakyat kami akibat agresi yang terus-menerus dan penargetan sistematis terhadap semua aspek kehidupan di Jalur Gaza," lanjut Hamas.
Apa Alasan Netanyahu?
Sebelumnya, Netanyahu mengatakan dalam rapat kabinet Israel bahwa Hamas menghalangi kesepakatan tersebut.
"Kami tengah menggelar negosiasi yang sangat rumit, di mana pihak lainnya organisasi yang tak terkendali dan keras kepala," katanya.
"Ada hal-hal yang dapat kami pertimbangkan dan ada hal-hal yang kami tolak tegas. Kami tahu cara membedakan keduanya dengan sangat baik," ujar Netanyahu.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken baru saja tiba di Tel Aviv ketika Hamas membuat pengumumannya. AS sebelumnya telah membicarakan prospek kesepakatan, dengan mengatakan bahwa tujuannya adalah agar gencatan senjata ditandatangani pada akhir minggu.
Baca Juga: Soal Gencatan Senjata di Gaza, Kamala Harris Desak Benjamin Netanyahu!
Hamas berksieras bahwa mereka telah menyetujui usulan tersebut pada bulan Juli 2024 lalu, tetapi menyalahkan Israel karena menambahkan persyaratan baru.
Tujuan Gencatan Senjata
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendesak kedua pihak untuk menyetujui gencatan senjata selama seminggu demi menjalankan vaksinasi massal terhadap polio di Gaza.
Militer Israel mengatakan bahwa pihaknya telah mengizinkan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, untuk membawa vaksin polio ke Gaza, dan bahwa dosis yang cukup untuk memvaksinasi lebih dari 1 juta anak akan tiba dalam beberapa minggu mendatang.
Namun, militer juga telah mengeluarkan lebih banyak perintah evakuasi, yang memaksa ribuan orang pindah lagi, dan Israel terus mengebom lokasi-lokasi di pusat-pusat populasi.
AS juga berharap kesepakatan gencatan senjata dapat mencegah Iran dan kelompok militan Lebanon, Hizbullah, menyerang Israel sebagai pembalasan atas dua pembunuhan baru-baru ini di Beirut dan Teheran.
Iran juga telah mengindikasikan bahwa mereka mungkin akan menahan "hukuman keras" yang dijanjikannya jika Israel menyetujui gencatan senjata.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Abc.net.au