Warga Palestina meninggalkan reruntuhan bangunan setelah Israel melakukan pemboman.
INDOZONE.ID - Serangan Israel terhadap sebuah sekolah di Gaza, telah memperbarui seruan agar Amerika Serikat berhenti memberikan dukungan kuat kepada Israel.
Hal ini termasuk transfer senjata yang menurut para pembela hak asasi manusia memicu kekejaman di daerah kantong Palestina.
Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan lebih dari 100 warga Palestina tewas dan puluhan lainnya terluka pada hari Sabtu, ketika Israel melancarkan serangan terhadap sekolah al-Tabin di Kota Gaza.
Baca Juga: Terus Beri Dukungan, AS Ngasi Bantuan Rp 55.8 Triliun ke Israel untuk Beli Senjata
AS dan sekutu mengklaim gencatan senjata sudah dekat. Tapi semua orang Palestina melihat lebih banyak kematian, dislokasi, dan keputusasaan.
"Genosida terus berlanjut,” kata James Zogby, salah satu pendiri dan presiden Arab American Institute di media sosial.
“Sudah lewat waktunya untuk mengakhiri sandiwara. Israel tidak menginginkan perdamaian atau gencatan senjata. Mengapa kami masih mengirimkan senjata ke Israel?” tulisnya.
Pada Sabtu pagi, jurnalis CNN Allegra Goodwin mengatakan dalam sebuah postingan di X bahwa jaringan berita AS telah mengonfirmasi bom berdiameter kecil GBU-39 buatan Amerika, digunakan dalam serangan mematikan Israel di sekolah al-Tabin. Al Jazeera tidak bisa segera memverifikasi laporan itu.
Baca Juga: Iran dan Sekutu Akan Bertemu untuk Bahas Retaliasi Terhadap Israel
Presiden AS Joe Biden menghadapi tekanan publik selama berbulan-bulan untuk memutus pasokan senjata ke Israel di tengah perangnya di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 39.700 warga Palestina sejak awal Oktober.
Diperkirakan lebih kurang 1.300 warga sipil palestina tewas sejak Israel melakukan genosida yg sudah berlangsung delapan bulan.
Sementara itu, Israel menerima setidaknya $3,8 miliar bantuan militer AS setiap tahunnya, dan Biden menandatangani $14 miliar bantuan tambahan kepada sekutu AS tersebut awal tahun ini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Al Jazeera