Bantuan Makanan Dihambat Israel, Warga Gaza Terpaksa Makan Rumput Untuk Menyambung Hidup
INDOZONE.ID - Warga Palestina yang terjebak di Jalur Gaza terpaksa memakan rumput sebagai upaya untuk mencegah kelaparan.
Lembaga kemanusiaan ActionAid mengungkapkan, hal ini dilakukan ketika Israel terus menghambat pengiriman bantuan pangan kepada warga sipil di wilayah tersebut.
“Masyarakat sangat putus asa sehingga mereka terpaksa makan rumput untuk mencegah kelaparan,” jelas koordinator advokasi dan komunikasi di ActionAid Palestine Riham Jafari, dikutip Palestine Chronicle, Senin (12/2/2024).
"Semua orang yang ada di Gaza saat ini kelaparan. Orang-orang hanya dapat 1,5 hingga 2 liter air yang tidak cukup setiap hari untuk memenuhi semua kebutuhan mereka,” tambahnya.
Tanpa makanan dan pakaian yang memadai untuk cuaca dingin dan hujan, masyarakat di Gaza pun lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi, yang menyebar cepat ke seluruh populasi.
Kondisi ini semakin diperparah dengan kemungkinan perluasan invasi darat dan udara oleh Israel, yang bisa membuat warga Palestina yang terkepung di Jalur Gaza semakin kehilangan tempat berlindung.
Baca Juga: Hilang 12 Hari, Bocah Gaza 6 Tahun Hind Rajab Ditemukan Tewas Diserang Israel Usai Minta Dievakuasi
“Kami prihatin dengan laporan tentang invasi darat Israel di Rafah dan peningkatan serangan udara di wilayah tersebut. Mari kita perjelas: setiap peningkatan permusuhan di Rafah, tempat lebih dari 1,4 juta orang mengungsi, akan menjadi bencana besar. Ke mana lagi penduduk Gaza yang kelelahan dan kelaparan harus pergi?” tanya Jafari.
Sementara itu, Israel tampaknya akan memperluas serangan daratnya ke wilayah paling selatan Gaza. Tepatnya ke Kota Rafah, tempat lebih dari 1,4 juta warga Palestina kini tinggal di tenda-tenda darurat.
Dalam kekhawatiran terjadinya invasi darat di Rafah, ActionAid memperingatkan bahwa setiap peningkatan serangan terhadap wilayah tersebut, akan menimbulkan konsekuensi yang sangat buruk.
“Tidak ada lagi tempat untuk warga Gaza mengungsi. Lebih dari 85% dari 2,3 juta penduduknya harus meninggalkan rumah mereka selama empat bulan terakhir, dan banyak yang terpaksa mengungsi berkali-kali,” kata ActionAid dalam sebuah pernyataan.
“Masuknya orang yang tiba di Rafah secara besar-besaran, telah memberi tekanan besar pada infrastruktur dan sumber daya, namun ribuan orang terus berdatangan,” imbuh lembaga kemanusiaan itu.
Baca Juga: PBB Sebut Kapal Pengangkut Bantuan Makanan Untuk Gaza Milik UNRWA Ditahan Di Pelabuhan Israel
Kini, kepadatan penduduk di Rafah sangat ekstrem, ruang yang tersedia hanya dapat digunakan untuk tenda, beberapa di antaranya dapat menampung hingga 12 orang. Sementara ribuan orang hidup berdesakan di tempat penampungan yang semakin tidak sehat, di mana ratusan orang berbagi satu toilet.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 27.947 warga Palestina telah terbunuh, dan 67.459 terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza mulai tanggal 7 Oktober. Selain itu, setidaknya ada 8.000 orang yang masih belum ditemukan, atau diperkirakan tewas di reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.
Agresi Israel mengakibatkan hampir dua juta orang terpaksa mengungsi dari seluruh Jalur Gaza. Sebagian besar di antara pengungsi terpaksa mengungsi ke kota Rafah di bagian selatan yang padat penduduk, dekat perbatasan dengan Mesir, yang kini menjadi kota terbesar di Palestina.
Writer: Putri Octavia Saragih
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Palestine Chronicle