Anak-anak di Gaza mengantre makanan
INDOZONE.ID - Menurut laporan Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu atau Integrated Food Security Phase Classification (IPC) pada hari Kamis (21/12/2023) sebanyak 2,3 juta penduduk Jalur Gaza menghadapi tingkat krisis kelaparan dan risiko kelaparan tersebut meningkat setiap hari seiring berlanjutnya perang Israel-Hamas.
Menurut temuan IPC, sekitar 2,22 juta penduduk Gaza menghadapi krisis kelaparan yang parah akibat konflik yang sedang berlangsung. Menurut laporan IPC, hampir semua rumah tangga melewatkan waktu makan setiap hari.
“IPC mengungkapkan situasi yang mengerikan di Gaza, di mana 576.600 orang saat ini mengalami bencana kelaparan,” kata Dalmar Ainashe, Penasihat Teknis Senior CARE untuk Ketahanan Pangan, Mata Pencaharian, dan Gizi, merujuk pada tahap tertinggi krisis pangan di Gaza hingga menyentuh kerawanan pangan IPC pada Fase 5 (krisis kelaparan yang sangat dahsyat).
Baca Juga: Ambisi China Jadi Pemimpin Teknologi: Mulai Produksi Massal Robot Humanoid di Tahun 2025
Angka ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah IPC, terutama bila dibandingkan dengan populasi Gaza yang relatif kecil.
Sebelum konflik saat ini, jumlah orang yang berada dalam IPC Fase 5 di seluruh dunia hanya 128.600 jiwa. Sekarang, jumlah ini empat kali lebih tinggi karena kondisi berbahaya di Gaza.
"Kombinasi dari gencarnya penembakan, kekurangan makanan, air, bahan bakar, dan ketidakmampuan lembaga kemanusiaan untuk beroperasi di Gaza telah menyebabkan situasi yang menyedihkan ini,” kata Chiara Saccardi, Kepala Aksi Melawan Kelaparan di Timur Tengah.
Baca Juga: Mulai 1 Januari Beli Gas LPG 3Kg Wajib Terdaftar dan Pakai KTP, Gimana Cara Daftarnya?
“PBB dan organisasi kemanusiaan telah memperingatkan selama berminggu-minggu tentang perlunya menghilangkan hambatan bagi bantuan kemanusiaan yang memasuki Gaza untuk menghindari kenyataan ini. Kelaparan tidak boleh digunakan sebagai senjata perang.”
Saat ini, akses kemanusiaan yang aman terhadap orang-orang yang membutuhkan sangatlah penting dibandingkan sebelumnya, namun sejak jeda singkat pertempuran selama tujuh hari berakhir pada 1 Desember lalu, terjadi peningkatan serangan khususnya di Gaza selatan. Dampak dari hal itu memaksa sebagian besar organisasi kemanusiaan kesulitan untuk mengirimkan bantuan.
Ketika seseorang mengalami kekurangan pangan yang ekstrim, terdapat konsekuensi yang parah, termasuk kematian, rasa sakit yang parah, ketidakseimbangan elektrolit, kelelahan, kemunduran fisik dan psikologis, dan kerusakan pada organ-organ penting.
Baca Juga: Debat Cawapres akan Digelar di JCC Hari Ini, Simak Rekayasa Lalu Lintasnya!
Selain kekurangan makanan dan air, persediaan pokok seperti popok, tisu basah, dan sabun juga sangat terbatas.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Reuters