INDOZONE.ID - Belum lama ini Israel Democracy Institute dan Indeks Perdamaian Universitas Tel Aviv merilis hasil survei terkait sikap warga Israel terhadap konflik Israel-Palestina.
Hasilnya, 57,5% warga Yahudi Israel menilai bahwa pasukan Israel Defense Forces (IDF) menggunakan terlalu sedikit senjata di Gaza, sejak perang yang kembali meletus pada 7 Oktober.
Kemudian 36,6% mengatakan IDF menggunakan jumlah senjata yang sesuai untuk menyerang pejuang Hamas.
Baca Juga: Kapolri, Menhub hingga Menteri PUPR Rapat Bareng, Pengamanan Nataru 2023 Jadi Bahasannya
Sementara orang yang menilai bahwa tentara Israel telah menggunakan terlalu banyak senjata hanya 1,8% dan 4,2% responden tidak yakin apakah IDF menggunakan terlalu banyak atau terlalu sedikit serangan ke Palestina.
Selain itu, meskipun ribuan pengunjuk rasa berkumpul di Tel Aviv untuk menuntut pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas, hanya 10% orang Yahudi Israel dalam jajak pendapat yang mendukung jeda pertempuran untuk pertukaran sandera.
Sementara 44,3% responden ingin pemerintah segera melakukan negosiasi untuk para sandera tanpa menghentikan pertempuran. Sedangkan 26,6% responden mengatakan bahwa Israel tidak boleh bernegosiasi dengan Hamas untuk pembebasan sandera Israel sama sekali.
Terkait hal ini, seorang rekan di Chatham House yang khusus menulis tentang konflik Israel-Palestina Yossi Mekelberg menilai, meskipun banyak warga Israel ingin para sandera dikembalikan ke rumah mereka, mereka juga khawatir bahwa pembebasan tahanan Palestina akan menyebabkan lebih banyak serangan kepada Israel.
“Ada pandangan bahwa di masa lalu… Israel membebaskan lebih dari 1.000 tahanan untuk satu tentara, termasuk pemimpin Hamas di Gaza Yahya Sinwar, dan lihat apa yang terjadi,” kata Mekelberg, mengutip Times, Kamis (7/12).
Sementara pada Indeks Suara Israel yang dilakukan pada 5 dan 6 November, masyarakat Israel menyatakan ketidakpuasan terhadap pemerintahan Netanyahu. Dengan 61,4% dari seluruh masyarakat Israel memberikan penilaian negatif terhadap kinerja Netanyahu selama perang.
Dalam jajak pendapat Indeks Perdamaian, Netanyahu bahkan mendapatkan hasil yang lebih buruk lagi, dengan 75,8% warga Israel menilai kinerja perdana menterinya 'tidak begitu baik' atau 'buruk' dalam kaitannya dengan perang.
Meski demikian, kepercayaan warga Israel terhadap IDF tetap tinggi. Dalam jajak pendapat Indeks Suara Israel yang dilakukan antara 24-26 Oktober, 49,5% responden mengatakan bahwa mereka lebih mempercayai IDF daripada Perdana Menteri Netanyahu. Kemudian hanya 7,3% yang mengatakan mereka lebih mempercayai Netanyahu daripada IDF.
“Ini sangat penting, fakta bahwa basis elektoral Netanyahu sedang terkikis sejak awal perang. Sejumlah besar orang yang menganggap diri mereka sayap kanan atau mengatakan bahwa mereka memilih Likud (partai Netanyahu) sekarang sangat kritis terhadap Netanyahu dan berfungsinya pemerintahannya," kata peneliti senior di Israel Democracy Institute Tamar Hermann.
Baca Juga: Pesawat Tabrak Bukit di Papua Pagi Tadi, Beruntung Tak Ada Korban Jiwa
Di sisi lain, dukungan terhadap solusi perdamaian antara dua negara juga sedikit menurun di kalangan warga Yahudi Israel, dari 37,5% pada September menjadi 28,6% setelah konflik memanas lagi pada 7 Oktober.
Sebaliknya, di kalangan warga Arab yang menetap di Israel, 68,7% dari total responden berharap adanya solusi perdamaian antara Israel dan Palestina pada September. Namun, setelah serangan 7 Oktober, harapan itu naik menjadi 71,9%.
Yossi Mekelberg mengatakan, warga Arab di Israel lebih mendukung solusi perdamaian dua negara karena mereka terkena dampak langsung dari kesenjangan yang terjadi dalam sistem pemerintahan yang ada saat ini. Bagaimana tidak, pendapatan rata-rata rumah tangga Yahudi Israel hampir dua kali lipat dibandingkan pendapatan rata-rata rumah tangga warga Arab-Israel.
Baca Juga: Pesawat Tabrak Bukit di Papua Pagi Tadi, Beruntung Tak Ada Korban Jiwa
“Meskipun mereka adalah warga negara dari negara yang sama (Israel), kehidupan mereka sangat berbeda,” ujar Mekelberg.
Temuan dalam jejak pendapat yang paling mengejutkan adalah bahwa warga Israel secara keseluruhan kini lebih memiliki harapan mengenai masa depan yang lebih baik setelah konflik 7 Oktober. Dengan hasil survei dari Institut Demokrasi Israel memperlihatkan bahwa 64% warga Israel 'optimis' atau 'agak optimis' tentang masa depan Israel.
Kepala akademisi Program Internasional Resolusi dan Mediasi Konflik di Universitas Tel Aviv yang melakukan survei Indeks Perdamaian Nimrod Rosler mengatakan, dampak memanasnya konflik telah membentuk opini publik terhadap proses perdamaian.
Baca Juga: Ditanya soal IKN, Ganjar: Program yang Baik akan Dilanjutkan
Dukungan untuk perundingan perdamaian dengan Otoritas Palestina di kalangan Yahudi Israel turun dari 47,6% pada bulan September, menjadi hanya 24,5% pada Oktober.
“Sejak tahun 2001, ini adalah persentase terendah yang pernah kami dapatkan. Dan itu termasuk selama intifada Palestina kedua, di mana terjadi serangan teroris besar-besaran terhadap Israel, dan perang lain yang terjadi dengan Gaza dan Lebanon,” kata Rosler.
Perlu diketahui, kedua survei ini dilakukan setelah seranganan 7 Oktober, yang diikuti oleh sekitar 600 orang responden.
Jajak pendapat ini merupakan bagian dari serangkaian pemungutan suara yang dilakukan beberapa kali dalam setahun dan berupaya untuk mewakili berbagai pandangan masyarakat Israel, termasuk warga negara Israel keturunan Palestina.
Writer: Ananda Fachreza Lubis
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Reuters