INDOZONE.ID - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menuai kritik dengan mengeluarkan pernyataan keras yang menyebut Iran hanya punya waktu maksimal dua minggu untuk menghindari kemungkinan serangan militer dari Amerika Serikat.
Hal ini disampaikannya saat berbicara dengan wartawan di Morristown, New Jersey, pada Jumat (20/6/ 2025).
“Saya memberikan mereka tenggat waktu, dan dua minggu adalah batas maksimalnya,” kata Trump. Ia menjelaskan bahwa langkah ini dilakukan untuk melihat apakah para pemimpin Iran bisa mengambil keputusan secara rasional.
Pernyataan ini menjadi penegasan terbaru dari kebijakan luar negeri Trump terhadap Iran yang dikenal konfrontatif sejak awal masa kepresidenannya. Trump kerap menolak pendekatan diplomatik dari Eropa dan lebih memilih langkah unilateral yang keras terhadap Teheran.
Baca juga: Presiden Donald Trump Disebut Setuju Bantu Israel Serang Iran: Awal Perang Dunia III?
Sementara itu, Israel terus menggempur Iran dengan serangan udara besar-besaran yang disebut ditujukan untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir meskipun Iran telah berulang kali membantah memiliki ambisi tersebut.
Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar mengatakan bahwa operasi militer selama sepekan terakhir sudah menghambat program nuklir Iran hingga dua sampai tiga tahun.
“Kami akan terus lakukan apa pun yang perlu dilakukan untuk menyingkirkan ancaman ini,” kata Saar.
Ketegangan Amerika Serikat dan Iran semakin memanas ketika Trump menyatakan tidak akan meminta Israel menghentikan serangannya hanya untuk membuka ruang negosiasi.
“Kalau seseorang sedang menang, tentu lebih sulit untuk meminta mereka berhenti,” ucap Trump.
Baca juga: Trump Sindir Sistem Pertahanan Iran: Bagus Sih, Tapi Nggak Bisa Saingi Amerika
Situasi di Teheran semakin mencekam. Banyak toko tutup dan jalanan sepi setelah Israel meluncurkan serangan udara sejak 13 Juni.
Iran pun merespons dengan menembakkan lebih dari 450 rudal dan sekitar 400 drone ke wilayah Israel. Serangan itu dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 25 orang di Israel, termasuk dalam serangan terbaru ke kota pelabuhan Haifa.
Di sisi lain, Iran melaporkan bahwa serangan Israel telah menewaskan 224 orang, termasuk komandan militer dan ilmuwan nuklir. Laporan dari organisasi HAM berbasis di AS menyebutkan korban tewas di Iran mencapai 657 orang, termasuk 263 warga sipil.
Militer Israel juga menyatakan telah menyerang peluncur rudal dan fasilitas nuklir di Iran barat daya. Sirene peringatan berbunyi dua kali pada Jumat di Israel, menandakan peluncuran rudal baru dari Iran.
Untuk mengantisipasi eskalasi lebih lanjut dalam ketegangan Amerika Serikat dan Iran, Pentagon berencana mengirimkan satu kapal induk tambahan ke Timur Tengah dalam waktu dekat.
Ini akan menjadi kapal induk ketiga yang dikerahkan di kawasan tersebut, menandakan kesiapan AS jika harus ikut terlibat langsung dalam konflik.
Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy menyebut bahwa situasi saat ini sangat genting.
“Ini adalah momen berbahaya. Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir, dan konflik ini tidak boleh menyebar secara regional,” katanya.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) juga menyatakan belum menemukan bukti bahwa Iran memiliki seluruh komponen untuk membuat senjata nuklir, meskipun mereka memperkaya uranium hingga 60 persen yang menjadi tingkat tertinggi di antara negara non-nuklir.
Sementara itu, Turki memperingatkan bahwa konflik bisa segera mencapai titik tanpa jalan kembali. Presiden Recep Tayyip Erdogan menyerukan agar “kegilaan ini segera dihentikan”. Arab Saudi dan negara-negara anggota Liga Arab juga mengadakan pertemuan darurat di Istanbul.
Swiss, yang mewakili kepentingan diplomatik AS di Iran, mengumumkan penutupan sementara kedutaannya di Teheran karena situasi keamanan yang tidak menentu.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Usatoday.com