INDOZONE.ID - Serangan drone Rusia di Ukraina terbaru kembali memakan korban jiwa. Kali ini, sebuah minibus yang mengangkut warga sipil menjadi sasaran, menewaskan sembilan orang pada Sabtu, 17 Mei 2025.
Insiden ini terjadi hanya sehari setelah pertemuan di Turki antara Rusia-Ukraina yang membahas pertukaran tahanan berskala besar.
Tragedi tersebut menambah daftar panjang korban tewas serangan drone Rusia-Ukraina yang terus meningkat sejak awal invasi.
Baca Juga: Taiwan Kecam Rusia dan China karena Memutarbalikkan Sejarah Perang Dunia II
Dalam pernyataan resmi, administrasi militer wilayah Sumy menyampaikan bahwa serangan tersebut terjadi secara langsung terhadap bus sipil di dekat kota Bilopillya, yang sedang menuju Sumy.
“Dengan sangat menyesal kami sampaikan bahwa akibat serangan keji dari pihak Rusia terhadap bus yang mengangkut warga sipil, sejumlah korban jiwa tak terhindarkan,” tulis mereka melalui Telegram.
Jumlah korban semula dilaporkan delapan orang, namun kemudian dikonfirmasi meningkat menjadi sembilan, dengan empat orang lainnya mengalami luka-luka. Gambar dari lokasi memperlihatkan minibus biru dalam kondisi hancur akibat ledakan.
Baca Juga: Konflik Memanas! Ukraina Hancurkan Jembatan dan Serbu Wilayah Kursk Rusia
Serangan ini terjadi di wilayah perbatasan Sumy, yang dalam beberapa bulan terakhir terus mengalami peningkatan intensitas serangan setelah pasukan Ukraina terpaksa mundur dari wilayah Kursk, Rusia, yang sempat mereka kuasai sebagian sejak pertengahan 2024.
Serangan mematikan ini terjadi di tengah situasi Ukraina terkini pasca pertemuan di Turki yang mempertemukan delegasi Rusia dan Ukraina dalam negosiasi resmi pertama mereka sejak 2022.
Dalam negosiasi Rusia Ukraina di Turki yang berlangsung di Istanbul, kedua negara sepakat untuk melakukan pertukaran masing-masing 1.000 tahanan.
Meski dianggap sebagai terobosan diplomatik, pertemuan tersebut belum menghasilkan kemajuan berarti menuju penghentian konflik.
Perwakilan Rusia, Vladimir Medinsky, menyebut bahwa kedua pihak akan menyampaikan pandangan mereka tentang kemungkinan gencatan senjata di masa depan.
Sementara itu, pihak Ukraina yang diwakili Menteri Pertahanan Rustem Umerov menyatakan bahwa langkah selanjutnya adalah pertemuan langsung antara Presiden Volodymyr Zelenskyy dan Vladimir Putin.
Namun, keengganan Putin untuk hadir dalam pertemuan tersebut dikritik keras oleh Zelenskyy, yang menilai bahwa Rusia tidak serius mencari solusi damai.
Zelenskyy bahkan mendesak dunia internasional untuk memberikan reaksi tegas, termasuk dengan menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Moskow.
Selain serangan di Sumy, serangan udara Rusia pada Jumat sebelumnya juga menewaskan tiga orang di wilayah Donetsk dan Kherson.
Ancaman ini mendorong negara-negara Eropa dan Amerika Serikat untuk mempertimbangkan sanksi baru terhadap Rusia jika tidak ada langkah menuju gencatan senjata tanpa syarat.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa Eropa tengah berkoordinasi dengan Amerika Serikat untuk merespons kegagalan diplomasi.
Sementara itu, mantan Presiden AS yang kini kembali menjabat, Donald Trump, menyatakan bahwa konflik ini tidak akan menemukan solusi sampai ia bertemu langsung dengan Putin.
Di sisi lain, Rusia disebut masih mengajukan tuntutan wilayah yang dianggap “tidak bisa diterima” oleh Ukraina, termasuk klaim atas lima wilayah Ukraina yang empat di antaranya dicaplok sejak 2022 dan Krimea sejak 2014.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Nypost.com