INDOZONE.ID - Meski harga nikel dunia mengalami penurunan signifikan sejak Maret 2022, bos Indonesia Battery Corporation (IBC), Toto Nugroho, optimis dengan terus meningkatnya permintaan nikel untuk industri baterai kendaraan listrik (EV).
Menurut data WoodMac 2023, kebutuhan nikel untuk industri baterai saat ini mencapai sekitar 480 kilo ton (kt), yang setara dengan 15% dari total konsumsi nikel global.
Toto meyakini bahwa tren ini akan terus melonjak, dengan proyeksi kebutuhan nikel mencapai 1.260 kt atau sekitar 26% dari konsumsi global pada tahun 2030.
Peningkatan permintaan ini, seperti yang dijelaskan Toto, dipicu oleh komitmen global untuk mengurangi emisi karbon dan mendorong penggunaan kendaraan listrik.
"Dengan komitmen global untuk mengurangi emisi dan mengadopsi kendaraan listrik, permintaan untuk baterai EV akan terus meningkat, yang pada gilirannya akan mendorong permintaan terhadap nikel," ujar Toto.
Indonesia, sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia, dianggap memiliki posisi strategis dalam memanfaatkan tren ini.
Dengan kapasitas produksi yang besar dan sumber daya nikel yang melimpah, Indonesia dapat memainkan peran kunci dalam rantai pasokan baterai EV global.
Tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan dalam memenuhi permintaan global akan nikel berkualitas tinggi.
Baca Juga: Konflik Semenanjung Korea Makin Panas, Korut Tembak Laut Pantai Barat Pakai Rudal Jelajah
"Hal ini memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk memperkuat peran sebagai pemain kunci dalam industri baterai kendaraan listrik, dengan menyediakan nikel berkualitas tinggi yang esensial untuk baterai lithium-ion," ungkap Toto.
Sebelumnya, penurunan harga nikel dunia disebut-sebut karena "kebanjiran" pasokan nikel dari Indonesia.
Thomas Lembong, Co-Captain Timnas Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN), mengkritik kebijakan hilirisasi nikel di Indonesia sebagai faktor penyebab anjloknya harga.
Nikel, sebagai sumber daya mineral strategis global, memiliki peran krusial dalam industri baterai kendaraan listrik dan pembangkitan energi geotermal.
Diperkirakan, permintaan nikel untuk teknologi bersih akan meningkat hingga 20 kali lipat hingga 2040, sesuai dengan prediksi International Energy Agency (IEA).
Baca Juga: Polri Tak Tahan Palti Hutabarat, Tersangka Hoax Forkopimda Menangkan Paslon 02
Proyeksi penjualan nikel dari Asia Tenggara pada 2030 mencapai 36,6 miliar dolar AS dan meningkat lagi hingga 40,8 miliar dolar AS pada 2050. Dalam konteks ini, Indonesia dilihat sebagai pemenang utama dengan status sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia.
Meskipun Lithium Iron Phosphate (LFP) diperkirakan akan mendominasi pasar baterai pada 2027, Toto meyakinkan bahwa hal ini tidak akan mengurangi permintaan terhadap nikel.
Baca Juga: Luncurkan SPAM di Semarang Barat, Jokowi Berinisiatif Tingkatkan Akses Air Bersih
Nikel, sebagai bahan baku dasar untuk baterai kendaraan besar seperti bus dan truk, tetap menjadi pilihan utama untuk memenuhi kebutuhan industri EV.
Dengan proyeksi yang kuat untuk pertumbuhan industri baterai kendaraan listrik, Indonesia bersiap memegang peran sentral dalam menyokong permintaan global akan nikel yang terus meningkat.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Press Release