INDOZONE.ID - Calon presiden dari Partai Demokrat Korea, Lee Jae Myung, kian mengukuhkan posisinya sebagai kandidat terkuat menjelang Pemilu Presiden Korea Selatan 2025.
Berdasarkan survei terbaru Pilpres Korsel yang dirilis oleh Gallup Korea pada Selasa (27/5/2025) Lee Jae Myung memimpin survei pilpres Korea Selatan 2025 dengan dukungan publik mencapai 49 persen.
Sementara itu, pesaing konservatif utamanya, Kim Moon Soo dari Partai Kekuatan Rakyat, hanya mengantongi 35 persen.
Baca Juga: Janji Calon Presiden Korsel Lee Jae Myung Buka Dialog dengan Korea Utara Lagi
Peluang Lee Jae Myung menang pemilu Presiden Korsel semakin besar, apalagi dengan tren elektabilitas yang stabil selama beberapa pekan terakhir.
Pemilu ini sendiri diselenggarakan lebih cepat dari jadwal semula setelah Yoon Suk Yeol dicopot dari jabatan presiden oleh Mahkamah Konstitusi pada April lalu.
Yoon kini sedang menghadapi persidangan atas tuduhan pemberontakan, setelah sempat mencoba memberlakukan darurat militer dan menangkap Lee serta beberapa tokoh lainnya yang kerap menentangnya.
Baca Juga: Lee Jae Myung Menang Pemilihan Internal, Resmi Jadi Kandidat Kuat Presiden Korea Selatan
Dalam kampanye pemilihan, Lee yang merupakan kandidat Partai Demokrat Korea dalam Pemilu ini berfokus pada gagasan mendorong perekonomian melalui kebijakan fiskal dan berjanji akan membawa keadilan bagi mereka yang terlibat dalam upaya kudeta Yoon.
Meski Kim sempat menipiskan jarak dari lebih dari 20 poin menjadi sekitar 14 poin sejak kampanye dimulai pada 12 Mei, Kim belum berhasil meyakinkan Lee Jun Seok dari Partai Reformasi Baru untuk mundur dan mendukungnya.
Lee Jun Seok sendiri, yang juga menjadi calon dalam pemilu ini, meraih sekitar 11 persen dukungan publik. Ini menjadi salah satu faktor yang menghambat peluang Kim untuk mengejar ketertinggalannya dari Lee Jae-myung.
Secara ekonomi, Korea Selatan sedang menghadapi tantangan besar. Negara dengan perekonomian terbesar keempat di Asia ini mengalami kontraksi pada kuartal pertama akibat melemahnya ekspor dan konsumsi dalam negeri.
Ketidakpastian hubungan dagang dengan Amerika Serikat dan tarif agresif pemerintahan Trump turut menambah beban.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Yonhap News