5 Aktivis NU yang pergi temui Presiden Israel. (Istimewa)
INDOZONE.ID - Achmad Munjid Wakil Ketua Pengembangan Jaringan International Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mengatakan bahwa kunjungan lima Nahdliyin yang bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog memiliki dampak yang serius bagi dunia international.
Di tengah situasi geopolitik yang sedang panas, langkah para 5 aktivis NU itu sangat tidak tepat dan dapat mempengaruhi perjuangan yang sedang diperjuangkan. Meskipun berangkat atas nama pribadi, setidaknya ada NU yang melekat di latar belakang mereka.
Berikut dampak yang bisa terjadi:
Achmad Munjid mengatakan bahwa Dunia saat ini sedang berbondong-bondong mengutuk Israel karena kejahatan kemanusiaan mereka kepada rakyat Palestina. Seluruh dunia sedang menjauhi Israel dan menghukum mereka yang sering mengabaikan hukum internasional.
Baca Juga: Krisis Kemanusiaan di Gaza, Israel Paksa Evakuasi 300 Ribu Warga
Jika ada yang bertemu pihak Israel, maka dapat diasumsikan itu sebagai bentuk dukungan.
Hal ini sangat kontra dengan apa yang terjadi di Amerika Serikat, para pejabat di sana banyak yang mundur dari kabinet Presiden Joe Biden karena kebijakan dukungan terhadap Israel tidak bisa dipertanggungjawabkan secara hokum dan kemanusiaan.
Bagaimanapun juga Indonesia adalah negara yang memiliki mayoritas penduduk muslim terbesar, dengan bertemunya 5 Aktivis NU bertemu dengan Presiden Israel dapat mengabarkan kepada dunia bahwa Indonesia tidak tegas dalam mendukung kemerdekaan Palestina.
Baca Juga: Jadwal Ramadan 2024: Perbedaan Metode Perhitungan antara NU, Muhammadiyah, dan Pemerintah
Dari 5 Aktivis yang bertemu dengan Presiden Israel salah satunya ada dosen dari Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) yaitu Zainul Maarif.
Akibat dari pertemuan itu, Zainul Maarif akan disidang etik untuk mempertangunggjawabkan aktivitas yang bersangkutan mengingat kunjungan tersebut akan berdampak pada reputasi Unusia.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: NU Online