Seperti yang diketahui, belum lama ini aktivis lingkungan hidup, Togu Simorangkir, menceritakan kondisi terkini Danau Toba di Sumatera Utara khususnya terkait pencemaran lingkungan dan konflik lahan.
Aksinya itu dia lakukan dengan berjalan kaki selama 44 hari dari Toba hingga ke Jakarta dan menemui Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Jumat (6/8/2021).
"Tujuan dari aksi ini sebenarnya visinya itu adalah kelestarian Danau Toba untuk kesejahteraan generasi mendatang dengan misi aksi ini kami ingin mencari perhatian publik. Kami ingin mengatakan bahwa ini lho di Danau Toba, di Tano Batak sedang ada masalah," katanya.
Ia bersama 10 orang lainnya yang bergabung dalam TIM 11, singkatan dari "Tulus, Ikhlas, Militan", yang juga beranggotakan Anita Martha Hutagalung, Irwandi Sirait, Christian Gultom, Erwin Hutabarat, Ferry Sihombing, Agustina Pandiangan, Lambok Siregar, Yman Munthe, Jevri Manik, dan Bumi Simorangkir, anaknya yang berumur delapan tahun.
Laporan dan kisah perjalanan mereka dari Danau Toba ke Jakarta senantiasa dimutakhirkan oleh beberapa organisasi melalui laman media sosial mereka, di antaranya adalah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara.
Baca juga: Inisiatif Potong Dana BST untuk Dibagi ke Pasien Covid-19, Kades di Karawang Dilaporkan
Mereka berjalan kaki sejauh lebih dari 1.700 kilometer dari makam Raja Sisingamangajara XII di Toba Samosir ke Jakarta sejak 14 Juni 2021 dan tiba 27 Juli 2021.
"Aksi jalan kaki untuk dari Toba ke Jakarta ini adalah bentuk dari respon kemuakan dan kemarahan terhadap kasus Natumingka yang pada 18 Mei 2021 terjadi bentrokan antara (PT) Toba Pulp Lestasi dengan masyarakat adat di Natumingka," kata Simorangkir saat berada di Istana Negara.
Dijelaskannya bahwa pada 18 Mei 2021 lalu, sebanyak 12 warga adat Natumingka terluka setelah terlibat konflik lahan dengan karyawan PT Toba Pulp Lestari (TPL) di Kabupaten Toba, Sumatera Utara. Lahan itu dinyatakan warga sebagai tanah ulayat, sementara perusahaan menyatakan sebagai konsesi yang sudah dari 30 tahun ditanami.
"Kami ingin menggalang kewaspadaan dan kampanye kesadaran untuk mengatakan Danau Toba, Tano Batak, itu sedang tidak baik-baik saja dan akhirnya semua mata kita terbuka dengan masalah-masalah di Danau Toba dan Tano Batak," kata Simorangkir.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: