Minggu, 19 JANUARI 2025 • 17:20 WIB

Ditunda, Apa Kata Warga Palestina Setelah Pengumuman Gencatan Senjata?

Author

Warga Palestina mengungsi atas serangan Israel.

INDOZONE.ID - Gencatan senjata yang telah disepakati antara Israel dan kelompok Hamas dinyatakan ditunda. Ini terjadi karena pihak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta militernya tak melaksanakan kesepakatan hingga Hamas memberikan daftar sandera warga Israel.

Padahal, warga Palestina di Jalur Gaza bergembira saat mendengar berita bahwa gencatan senjata.

Mereka berharap pengumuman itu akan mengakhiri perang Israel selama 15 bulan, yang telah menewaskan lebih dari 46.700 warga Palestina dan menyebabkan ribuan lainnya hilang.

Namun, kenangan mereka tentang perang itu tidak akan hilang dalam waktu dekat.

Di Deir el-Balah di Gaza tengah, banyak orang mengungsi ke daerah tersebut, setelah meninggalkan rumah mereka akibat serangan Israel atau perintah Israel untuk meninggalkan wilayah itu atau menghadapi pengeboman.

Mereka berjuang untuk bertahan hidup. Banyak yang kehilangan orang terdekat dan merasa beruntung masih hidup.

Baca Juga: Kabinet Israel Setujui Kesepakatan Gencatan Senjata dengan Hamas di Gaza

Namun, tidak ada yang tahu aapa yang akan terjadi selanjutnya. Ditengah kehancuran di Gaza yang sangat parah, Israel tampaknya tidak mau meninggalkan wilayah itu, banyak jebakan yang akan dihadapi di masa mendatang.

Al Jazeera berbicara kepada warga di Deir el-Balah sehari setelah pengumuman gencatan senjata pada hari Rabu. Berikut ini pernyataan mereka.

Masih Ada Trauma Lain yang akan Datang

Nahed al-Wer adalah seorang psikiater yang mengungsi bersama keluarganya dari kamp pengungsi Bureij pada awal perang setelah rumahnya hancur.

Sekarang ia bekerja di klinik Deir el-Balah dan juga menjadi relawan di waktu luang, untuk menemui orang-orang yang mencari bantuan psikologis untuk trauma yang mereka alami selama perang.

Kami sangat bahagia. Rasanya seperti Idul Fitri. Kami berharap kebahagiaan ini ada selamanya dan tidak ada pertumpahan darah lagi. Kami berharap kami tidak akan mengalami pengalaman mengerikan ini lagi.

Kami semua kehilangan keluarga dan teman. Saya kehilangan saudara laki-laki saya, keponakan saya, keponakan saya yang lain dan seorang saudara lainnya.

Saya khawatir dalam beberapa hari kedepan kita akan melihat eskalasi yang lebih besar. Ini adalah sifat politikus Israel. Sebelum gencatan senjata berlaku, mereka akan terus-menerus melakukan serangan dan membunuh lebih banyak lagi. Laju pembunuhan semakin intensif. Pada hari terakhir perang tahun 2014, saya kehilangan saudara perempuan saya dan anak-anaknya.

Setelah perang, akan ada banyak orang yang menderita penyakit psikologis yang akibat ketegangan dan fobia serta ketakutan yang mereka alami. Ada kemungkinan kondisi psikologis ini bahkan bisa bertambah parah dan berkembang menjadi depresi.

Harus ada perawatan untuk orang-orang ini. Beberapa hari yang lalu, saya menangani kasus seorang wanita tua yang putranya meninggal dunia. Dia menderita masalah kesehatan mental yang parah dan mulai menjalani sesi psikiatri untuk membantu kondisinya.

Kehilangan Banyak Orang Tersayang

Yasmeen al-Helo adalah seorang ibu dari satu anak yang berasal dari Shujayea, pinggiran Kota Gaza. Ia mengungsi ke Deir el-Balah setahun yang lalu.

Jujur saja, perasaan saya tidak terlukiskan. Saya luar biasa gembira, saya menangis dan bahagia di saat yang bersamaan. Saya menangis atas hal-hal yang terjadi pada kami. Itu tidak mudah dan ada banyak kesedihan. Hati orang-orang terluka. Pengalaman itu merupakan beban yang berat dan sangat sulit.

Kita kehilangan banyak orang. Sebagian hilang, sebagian ditawan oleh Israel dan sebagian lagi menjadi martir.

Seorang warga Palestina yang kehilangan kakinya berjalan di antara reruntuhan bangunan yang dibom militer Israel.

Saya senang pertumpahan darah dan kekerasan akan berhenti, tetapi di saat yang sama, saya sedih karena kita telah kehilangan banyak orang yang kita sayangi dan berharga. Namun yang dapat kita lakukan hanyalah berdoa kepada Tuhan.

Insya Allah gencatan senjata tidak akan runtuh dan akan terus berlanjut kali ini. Jujur saja, saya lebih suka gencatan senjata segera karena dua hari sulit ini lebih buruk daripada sepanjang tahun lalu. Mereka ingin mengintensifkan pemboman dan kegilaan yang mereka lakukan.

Harapan Bisa Berobat Keluar Negeri

Mohammed al-Mudawwi tengah menjalani terapi fisik untuk cedera tulang belakang yang melumpuhkan kedua kakinya di Rumah Sakit al-Amal di Khan Younis.

Ia dibawa oleh pasukan Israel dan dituduh terlibat dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan.

Tuduhan tersebut dibantahnya. Ia menjelaskan bahwa ia ditahan pada Januari 2024 selama sekitar satu bulan dan selama itu ia dipukuli.

Perawatannya sangat buruk. Akibat kelalaian medis, saya mengalami bisul. Saya tidak diperbolehkan bergerak. Ketika mereka membaringkan saya di sisi kanan atau kiri, mereka tidak mau membalikkan badan saya, dan saya pun terkena bisul. Tangan saya menjadi biru akibat diborgol yang terus-menerus.

Kesehatan saya memburuk karena kekurangan gizi. Mereka tidak memberi kami makan. Mata kami ditutup.

Kami tidak tahu apa yang mereka buat untuk kami minum. Mereka bahkan memotong kaki saya untuk melihat apakah saya bisa merasakannya atau tidak. Ketika saya mulai berdarah, tidak ada yang mau membalutnya. Saya berharap dapat dirujuk untuk berobat ke luar negeri.

Saya sekarang optimis dan penuh harapan karena gencatan senjata. Kemarin adalah pertama kalinya saya tertawa sejak perang dimulai. Momen ini luar biasa, terutama bagi anak-anak saya. Semoga Tuhan mengasihani jiwa para martir.

Kami Tidak akan Pernah Bisa Melupakannya

Saleh Aljafarawi adalah seorang jurnalis berusia 27 tahun yang mengungsi dari Gaza utara selama perang.

Baca Juga: PM Qatar Serukan Perjanjian Gencatan Senjata Gaza Dilaksanakan Sepenuhnya

Ia menjadi terkenal di Gaza karena videonya yang meliput perang dan mengatakan bahwa ia telah menerima banyak ancaman dari Israel karena karyanya.

Itu adalah salah satu pengalaman terburuk yang pernah saya alami selama hidup saya. Semua kejadian dan situasi yang saya alami selama 467 hari ini tidak akan terhapus dari ingatan saya. Semua situasi yang kami hadapi tidak akan pernah bisa kami lupakan.

Namun, perasaan gembira karena berakhirnya perang ini membuat kita sedikit lupa akan apa yang telah kita lalui. Semoga Allah menjaga keamanan dan keselamatan kita di Jalur Gaza.

Setelah perang berakhir, kita akan kembali ke Jalur Gaza utara, meskipun rumah-rumah kita hancur dan tidak ada yang tersisa. Insya Allah, kita akan membangunnya kembali.

Kita membayar harga yang mahal dalam perang ini. Kita kehilangan rekan kerja, keluarga dan sahabat. Kita kehilangan hal-hal yang paling sederhana yang dapat Anda bayangkan. Kita kehilangan kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga selama 467 hari.

Saya hidup dalam ketakutan setiap detiknya, terutama setelah mendengar apa yang dikatakan pendudukan Israel tentang saya. Saya menjalani hidup dari detik ke detik, tidak tahu apa yang akan terjadi di detik berikutnya.

Banner Z Creators.

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Aljazeera