Minggu, 12 JANUARI 2025 • 10:17 WIB

Kotak Hitam Pesawat Jeju Air Berhenti Merekam Sebelum Menabrak Tembok Pembatas

Author

Penutup terpal menyelimuti reruntuhan pesawat Jeju Air Boeing 737-800, yang pada 29 Desember lalu jatuh dan terbakar di Bandara Internasional Muan, sekitar 288 kilometer barat daya Seoul.

INDOZONE.ID - Kotak hitam dari penerbangan Jeju Air yang mengalami kecelakaan hingga menewaskan 179 orang ternyata berhenti merekam empat menit sebelum tragedi terjadi, menurut Kementerian Transportasi Korea Selatan, Sabtu, 11 Januari 2025.

Pesawat Boeing 737-800 yang membawa 181 penumpang dan awak ini terbang dari Thailand menuju Muan, Korea Selatan, pada 29 Desember.

Pesawat tersebut melakukan pendaratan darurat di Bandara Internasional Muan sebelum akhirnya meledak setelah menabrak penghalang beton di ujung landasan.

Baca Juga: Menteri Transportasi Korea Selatan Ingin Mundur, Bentuk Tanggung Jawab atas Kecelakaan Jeju Air

Kecelakaan ini tercatat sebagai tragedi penerbangan terburuk yang pernah terjadi di Korea Selatan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa data rekaman suara kokpit (CVR) dan rekaman data penerbangan (FDR) berhenti merekam sebelum pesawat tersebut menghantam tembok yang ada di ujung landasan.

Sayangnya, otoritas Korea Selatan mengatakan rekaman data penerbangan yang rusak tidak dapat dipulihkan.

Untuk investigasi lebih lanjut, perangkat ini telah dikirim ke laboratorium Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat (NTSB).

Namun, hilangnya data rekaman menyebabkan pihak berwenang kesulitan mengetahui detail momen terakhir penerbangan tersebut.

“Penyelidikan untuk menemukan penyebab hilangnya data sedang dilakukan bersamaan dengan investigasi kecelakaan ini,” ungkap pernyataan resmi dari kementerian.

Pihak berwenang menegaskan bahwa kotak hitam ini adalah kunci utama dalam penyelidikan. Meski menghadapi kendala teknis, mereka berkomitmen untuk mengungkap penyebab kecelakaan tersebut.

“Penyelidikan akan dilakukan melalui analisis berbagai data yang ada. Komite penyelidik berkomitmen untuk menentukan penyebab kecelakaan ini dengan akurat,” kata perwakilan kementerian.

Sementara itu, investigasi awal menyebutkan beberapa kemungkinan penyebab, seperti serangan burung (bird strike), kerusakan pada roda pendaratan, serta peran penghalang landasan.

Menurut laporan, pilot sempat memperingatkan adanya serangan burung sebelum mencoba mendarat untuk kedua kalinya.

Namun, pada percobaan kedua, roda pendaratan tidak keluar, sehingga pesawat akhirnya menabrak penghalang landasan.

Sebelumnya, ketua tim penyelidik, Lee Seung-yeol, mengungkapkan telah ditemukan bulu burung di salah satu mesin pesawat yang berhasil dievakuasi.

Namun, ia menegaskan bahwa serangan burung tidak menjadi penyebab utama kegagalan mesin.

Sebagai bagian dari investigasi, pihak berwenang telah menggeledah kantor-kantor terkait, termasuk Bandara Muan, kantor penerbangan regional, dan kantor pusat Jeju Air di Seoul. Selain itu, CEO Jeju Air juga dilarang meninggalkan negara hingga penyelidikan selesai.

Baca Juga: Korea Selatan Mulai Angkat Puing-puing Pesawat Jeju Air yang Jatuh di Bandara Muan

Langkah lain yang diambil adalah pembentukan gugus tugas bersama oleh partai-partai politik untuk mendalami insiden ini. Sementara itu, Menteri Transportasi Korea Selatan, Park Sang-woo, menyampaikan pengunduran dirinya sebagai bentuk tanggung jawab atas tragedi ini.

“Sebagai menteri yang bertanggung jawab atas keselamatan penerbangan, saya merasa memiliki tanggung jawab besar atas tragedi ini,” ucapnya dalam pernyataan resmi.


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Channelnewsasia.com