Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
INDOZONE.ID - Pemerintah Korea Selatan pada Senin (21/10/2024) memanggil duta besar Rusia untuk mengkritik keputusan Korea Utara yang mengirim ribuan tentaranya guna membantu perang Rusia di Ukraina. Kementerian Luar Negeri Korsel mendesak agar pasukan Korea Utara segera ditarik.
Pengiriman ini merupakan yang pertama kali bagi Korea Utara ke luar negeri, di mana sekitar 1.500 prajurit pasukan khusus sudah berada di Rusia untuk menyesuaikan diri sebelum akhirnya diterjunkan ke medan perang.
Informasi ini diungkap oleh badan intelijen Korsel, yang juga menyebut bahwa gelombang tambahan tentara Korea Utara akan segera menyusul.
Baca Juga: Intelijen Korsel Ungkap Korea Utara Kirim 1.500 Tentara untuk Bantu Rusia di Perang Ukraina
Seoul telah lama menuduh Korea Utara, yang memiliki senjata nuklir, memasok persenjataan ke Rusia untuk digunakan dalam konflik di Ukraina.
Pada Juni lalu, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Rusia Vladimir Putin juga menandatangani kesepakatan militer.
Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Kim Hong-kyun, menyatakan keprihatinan yang serius terkait pengiriman pasukan Korea Utara tersebut dan mendesak penarikan segera dalam pertemuan dengan duta besar Rusia untuk Korea Selatan, Georgiy Zinoviev.
Intelijen Korea Selatan merilis gambar satelit yang menunjukkan kedatangan 1.500 tentara khusus Korea Utara di Vladivostok dengan kapal militer Rusia.
Kim Hong-kyun menegaskan bahwa segala bentuk kerja sama militer antara Rusia dan Korea Utara melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
Sebaliknya, Duta Besar Rusia Zinoviev menyatakan bahwa kerja sama antara Rusia dan Korea Utara tidak ditujukan untuk merugikan keamanan Korea Selatan, sebagaimana diutarakan dalam pernyataan resmi dari kedutaan Rusia.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa Moskow akan melanjutkan kerja sama tersebut.
Ia menambahkan bahwa Korea Utara merupakan tetangga dekat dan mitra Rusia, dan kedua negara berhak mengembangkan hubungan di berbagai bidang berdasarkan kedaulatan masing-masing. Namun, Peskov tidak berkomentar mengenai penggunaan pasukan Korea Utara dalam perang Ukraina.
Di hari yang sama, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol berbicara dengan Kepala NATO Mark Rutte, mendesak agar aliansi tersebut mengambil tindakan nyata terhadap meningkatnya kerja sama militer antara Rusia dan Korea Utara.
NATO belum mengonfirmasi pengiriman pasukan Korea Utara, tetapi Rutte menyatakan hal ini bisa menjadi eskalasi besar dalam konflik, menurut pernyataan di platform X (sebelumnya Twitter).
Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, yang berada di Seoul pada hari yang sama, menyebut tindakan Rusia sebagai langkah sembrono dan ilegal. Ia juga menambahkan bahwa Inggris akan bekerja sama dengan Korea Selatan untuk merespons situasi tersebut.
Menurut pengamat Korea, Cheong Seong-chang dari Institut Sejong, protes Korea Selatan kepada Rusia tidak akan mempengaruhi kerja sama militer antara Moskow dan Pyongyang.
Ia menambahkan bahwa Kim Jong Un kemungkinan ingin memperoleh teknologi militer dari Rusia, termasuk satelit pengawasan dan kapal selam.
Tentara Korea Utara diperkirakan akan segera dikerahkan ke garis depan di Ukraina. Namun, sejauh mana dampak mereka terhadap jalannya perang masih belum bisa dipastikan.
Intelijen Korea Selatan menyebutkan bahwa antara 8 hingga 13 Oktober, Korea Utara mengirim pasukan khususnya ke Rusia menggunakan kapal angkut militer Rusia, menandai dimulainya keterlibatan militer Korea Utara dalam perang di Ukraina.
Pasukan ini sekarang berada di pangkalan militer Rusia di Timur Jauh dan diperkirakan segera dikirim ke medan perang setelah menyelesaikan pelatihan adaptasi.
Sejak Agustus lalu, Korea Utara juga dilaporkan telah mengirim lebih dari 13.000 kontainer berisi amunisi artileri, rudal, roket anti-tank, dan senjata mematikan lainnya kepada Rusia.
Kedua negara telah menjadi sekutu sejak berdirinya Korea Utara setelah Perang Dunia II, dan hubungan ini semakin erat sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.
Pekan lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengungkap laporan intelijen yang menyebutkan Korea Utara sedang melatih 10.000 tentara untuk mendukung Rusia, menandakan ketergantungan Moskow terhadap Korea Utara untuk menutupi kerugian yang signifikan.
Korea Selatan, sebagai salah satu eksportir senjata terbesar di dunia, selama ini menolak seruan dari sekutu-sekutunya, termasuk Amerika Serikat, untuk memasok senjata ke Ukraina.
Baca Juga: Militer Korsel Sebut Ada GPS di Balon Sampah Kiriman Korut
Hal ini disebabkan kebijakan domestik Korea Selatan yang melarang penjualan senjata ke zona konflik aktif. Namun, Korsel telah menjual miliaran dolar senjata ke Polandia, sekutu utama Ukraina. Presiden Polandia, Andrzej Duda, juga dijadwalkan akan mengunjungi Seoul minggu ini.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Channelnewsasia.com