Aksi Jogja Memanggil Kembali Menggema di Malioboro, Tuntut Demokrasi Berjalan Semestinya
INDOZONE.ID - Berbagai elemen mahasiswa dan aktivis yang tergabung dalam gerakan 'Jogja Memanggil' kembali turun ke jalan sepanjang Kawasan Malioboro, Selasa (27/8/2024).
Aksi itu diikuti antara lain Forum Cik Ditiro, UGM, UII, UMY, UNY, lintas kampus Yogyakarta, serikat buruh, termasuk pekerja rumah tangga, PKL Malioboro, dan Jaringan Gusdurian.
Dari pantauan Indozone, dengan membawa sejumlah poster penolakan yang menyerukan kecaman pada pemerintahan, massa berkumpul di halaman Parkir Abu Bakar Ali Kota Yogyakarta.
Karena aksi demonstrasi ini, Jalan Malioboro pun telah ditutup aksesnya oleh pihak kepolisian.
Salah satu orator aksi meminta massa agar tidak terprovokasi tindakan anarkis.
"Jangan sampai terpancing provokasi, tetap tertib dan damai," kata orator aksi itu.
Mewakili massa lainnya sekaligus merupakan Ketua DPM Universitas Islam Indonesia (UII) yakni Muhammad Rafsan Jzani menyebut alasan tetap dilakukannya aksi meskipun RUU Pilkada telah dibatalkan.
Alasannya karena massa sudah tidak percaya dengan Pemerintah karena secara terang-ternag mengubah aturan sesuai kepentingan pribadi.
"Sekarang kami tidak percaya apapun kejadian sekarang maupun ada RDP itu hari minggu kemarin, tapi kami di sini bagaimana bersama-sama mengawal bahkan pas pendaftaran buat Pilkada kita kawal," katanya kepada wartawan disela-sela aksi.
"Nah disini kan kita lihat perlu adanya pengawalan yang betul-betul, karena sebelumnya kita sudah melihat adanya ketukan palu tanpa pengetahuan dari kita bersama. Jadi di luar dari apalah koridor yang ada, jadi kita tugasnya mengawal keberlangsungan hukum dan demokrasi di negeri ini," tegasnya.
Rafsan menilai bahwa putusan 60 dan putusan 70 UU MK itu membuat semua rakyat marah. Sehingga, mereka menuntut kepada semua elit-elit politik untuk bisa membuat demokrasi berjalan semestinya.
"Bagaimana demokrasi itu bisa dihidupkan kembali dan bisa dijalankan sesuai aturannya, kita lihat sekarang hukum itu di pijak pijak, hukum itu dipropagandakan, maka dari itu kami hadir disini untuk menyuarakan aspirasi masyarakat," sambungnya.
Di pertengahan aksi, beberapa massa dan satu orang dengan kostum topeng tikus menghampi Kantor DPRD DIY, kemudian mengunci pintu gerbangnya dan gembok-nya dibuang oleh massa.
Setelah aksi ini, masa berencana akan melakukan aksi teatrikal di depan Istana Presiden di Yogyakarta yang lama pada esok hari.
"Hasil kesepakatan kami, aksi hari ini aksi damai dan besok malam itu pasca magrib kita melaksanakan teatrikal ya, panggung ekspresi nanti di depan Istana Presiden Yogyakarta yang lama. Dan hari terakhir kita mengawal KPU di hari penutupan pendaftaran Pilkada," jelas Rafsan.
Ia juga menegaskan, aksi tersebut tidak ada embel-embel dari manapun.
"Tidak tidak ada tidak ada, kita tetap mengawal tidak ada embel-embel apapun," tegasnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung