INDOZONE.ID - Majelis Tertinggi Rakyat Korea Utara membatalkan semua proyek dan perjanjian kerja sama ekonomi dengan Korea Selatan.
Keputusan ini terjadi setelah hubungan kedua negara semakin buruk, dan Korea Utara mendeklarasikan bahwa Korea Selatan adalah musuh mereka.
Majelis Tertinggi Rakyat Korea Utara telah mengambil langkah untuk mengadopsi keputusan kebijakan Partai Pekerja.
Baca Juga: Media Pemerintah KCNA Sebut Korea Utara Sukses Buat Pengontrol Balistik Canggih
Mereka juga memilih untuk menghapus undang-undang yang mengatur hubungan ekonomi dengan Seoul, termasuk undang-undang khusus tentang operasional proyek pariwisata Gunung Kumgang.
Proyek wisata ke gunung indah di perbatasan timur ini merupakan simbol kerja sama ekonomi Korea Utara dan Korea Selatan.
Proyek ini dimulai sejak periode keterlibatan kedua Korea awal tahun 2000an. Saat berjalan, proyek ini telah membawa hampir 2 juta pengunjung Korea Selatan untuk mendatanginya.
Hanya saja, proyek ini dihentikan pada 2008 ,setelah seorang turis Korea Selatan yang tersesat dan masuk ke zona terlarang, ditembak dan dibunuh oleh penjaga Korea Utara.
Hyundai Asan, afiliasi Hyundai Group yang berinvestasi lebih dari 750 miliar won ($564 juta) untuk proyek Kumgang itu, menolak berkomentar soal peristiwa itu.
Sementara itu, Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang menangani hubungan dengan Pyongyang, mengatakan tindakan Korea Utara tidak mengejutkan dan hanya akan memperdalam isolasi terhadap masyarakatnya.
Laporan kantor berita resmi Korea Utara KCNA, tidak menyebutkan undang-undang khusus Korea Utara yang mengatur proyek ekonomi bersama besar lainnya, seperti zona industri Kaesong.
Meski proyek tersebut pada puncaknya menampung pabrik dari 125 perusahaan Korea Selatan, dan menyerap sebanyak 55.000 warga Korea Utara sebagai tenaga kerja.
Perusahaan-perusahaan tersebut menarik diri dan zona pabrik ditutup pada tahun 2016. Saat itu, Seoul menghentikan proyek tersebut setelah Korea Utara melakukan uji coba nuklir kelima, dan peluncuran rudal balistik jarak jauh.
Pada Januari, Korea Selatan juga menutup yayasan milik negara yang mendukung pengembangan dan operasiona; zona industri Kaesong.
Saat itu tindakan tersebut dianggap sebagai tanda Seoul memandang proyek tersebut tidak mungkin dilanjutkan.
Sementara itu, Korea Utara menyatakan menganggap Korea Selatan sebagai musuh dalam perang.
Pada tahun lalu, mereka juga membatalkan pakta militer yang ditandatangani pada 2018, yang bertujuan untuk meredakan ketegangan di dekat zona perbatasan militer.
Dalam wawancara yang direkam oleh TV pemerintah KBS yang disiarkan pada Rabu malam, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menyebut perubahan kebijakan Korea Utara itu sebagai ‘perubahan yang luar biasa’.
Dia mengaku kesulitan memahami pemikiran di balik tindakan tersebut.
“Apa yang tidak berubah adalah bahwa Korea Utara telah berusaha selama lebih dari 70 tahun untuk mengubah kita menjadi Komunis, dan ketika melakukan hal tersebut, mereka menyadari bahwa senjata konvensional mereka tidak cukup sehingga mereka melakukan pengembangan nuklir untuk mengancam kita,” katanya, dikutip dari Reuters, Senin (12/2/2024).
Meski demikian, Yoon mengaku akan tetap terbuka untuk melibatkan Korea Utara. Bahkan dia menyebut masih berkeinginan melakukan pertemuan puncak dengan Kim, dan memberikan bantuan jika hal itu akan membantu perekonomian negara tersebut.
Meski begitu, dia menilai kepemimpinan Korea Utara tidak dipimpin oleh kelompok rasional.
Hal itu terlihat dari awal pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengambil alih kekuasaan pada tahun 2011.
Saat itu Kim mendorong Korea Utara mengembangkan senjata nuklir dan rudal balistik, meskipun ekonomi negara sedang lesu.
Baca Juga: Kim Jong Un Mengawasi Uji Coba Rudal Jelajah untuk Kapal Selam, Jadi Ancaman Terbaru Korea Selatan
KCNA secara terpisah melaporkan bahwa Kim pada hari Rabu mengunjungi pabrik-pabrik yang memproduksi barang-barang konsumen dan makanan.
KCNA memberikan panduan tentang modernisasi fasilitas, sebagai bagian dari penerapan kebijakan pembangunan regional yang baru.
Writer: Victor Median
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Reuters