Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
INDOZONE.ID - Menurut laporan Nippon Keiza Shimbun (Nikkei) pada konferensi pers yang diadakan di istana kepresidenan Kiev, Jumat (30/11/2023), Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyatakan keprihatinan tentang dukungan untuk Ukraina telah berkurang sebab fokus dunia telah bergeser ke Timur Tengah.
Hingga pertengahan tahun ini, Amerika Serikat memberikan dukungan penuh kepada Ukraina, termasuk menyediakan jet tempur F16, namun pasca pecahnya perang di Jalur Gaza tampaknya Amerika justru fokus mendukung Israel.
Khususnya ketika konflik antara partai Republik dan demokrat semakin meningkat terkait penanganan anggaran tahun 2024, dukungan terhadap Ukraina hampir tidak ada lagi.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Tuai Dukungan MUI NTT karena Berkomitmen Menjaga Toleransi Beragama
Dalam anggaran sementara yang disahkan pada tanggal 14, baik anggaran dukungan untuk Ukraina maupun Israel tidak tercermin. Karena partai Republik menuntut pengurangan anggaran yang besar dari pemerintahan Biden, diperkirakan tidak akan mudah bagi anggaran dukungan Ukraina akan tercermin dalam anggaran akhir.
Di sisi lain, Rusia mempercepat perang senjatanya dengan menerima dukungan artileri dari Korea Utara.
Menurut anggota parlemen Yoo Sangbeom, Komite Intelijen Majelis Nasional pada awal bulan ini Korea Utara telah memberikan lebih dari 1 juta peluru artileri ke Rusia.
Hal ini merupakan hasil dari pertemuan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada September lalu yang menyepakati bahwa Korea Utara akan menyediakan peluru artileri dan Rusia akan mendukung teknologi satelit pengintai.
Baca Juga: KontraS: Visi-Misi Capres dan Cawapres Miskin Wacana soal HAM
Presiden Zelensky juga mengatakan bahwa Rusia telah berulang kali melanggar janji gencatan senjata yang dibuat pada tahun 2018, perjanjian Minsk tahun 2015 dan bahkan jika perjanjian gencatan senjata segera ditandatangani, Rusia tidak akan melakukan invasi ulang.
Terakhir, Presiden Zelensky mengatakan terkait Tiongkok sebagai negara penengah di antara peperangan Rusia dan Ukraina.
“Kami sangat berharap bahwa mereka akan mengambil peran yang lebih aktif dalam proses menuju perdamaian. Tidak boleh ada dukungan untuk Rusia," ucap Zelensky.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Z Creators