Mantan PM Israel, Ehud Olmert.
INDOZONE.ID - Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert, menyebut kepemimpinan Benjamin Netanyahu sebagai bencana nasional dan sejarah. Pernyataan ini menyusul berbagai protes yang telah diserukan warga Israel terhadap gaya kepemimpinan dan kebijakan Netanyahu.
“Mari kita perjelas, Netanyahu adalah bencana nasional dan sejarah Israel. Dia harus pergi,” kata Olmert, dalam wawancara bersama TRT World, dilansir Kamis (14/12/2023).
Tidak hanya itu, Perdana Menteri yang menjabat pada 2006 – 2009 ini juga menyoroti menteri-menteri dari koalisi sayap kanan yang mendukung Netanyahu, Menteri Kemanan Nasional Itamar Ben-Gvir, dan Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich.
Menurut dia, kedua menteri ini seperti tukang jagal dan teroris yang sebenarnya karena telah menentang penghentian pendudukan wilayah Palestina, dan mendukung peningkatan pembangunan pemukiman ilegal di sana.
Perlu diketahui, Ben-Gvir pernah dihukum karena menghasut rasisme dan mendukung kelompok teror. Sedangkan Smotrich baru-baru ini menyerukan agar sebuah desa di Tepi Barat Palestina, yang masih berpenghuni untuk ‘dihapus’, meskipun ia kemudian meminta maaf.
Baca Juga: Senat AS Blokir Bantuan ke Militer Israel: Netanyahu Dikritik oleh Bernie Sanders
“Ben-Gvir adalah peristiwa yang mengerikan, Smotrich adalah peristiwa yang mengerikan, pemuda di puncak bukit di wilayah Tepi Barat adalah peristiwa yang mengerikan. Apa yang saya pikirkan tentang Ben-Gvir dan teman-temannya adalah musuh. Mereka adalah pembunuh. Mereka adalah teroris,” imbunya.
Dengan berbagai kebijakan yang sudah ditelurkan Perdana Menteri Israel saat ini dan teman-teman menterinya, Olmert lantas menyerukan agar Netanyahu dipecat. Sebab, jika Netanyahu tidak segera mundur, Israel akan berada dalam bahaya.
Selain itu, Olmert juga meminta kepada para pemimpin dunia untuk memboikot Netanyahu. Secara pribadi, dia juga telah mengajukan banding kepada Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, yang diperkirakan akan menjalani pertemuan dengan Netanyahu dalam beberapa minggu mendatang.
“Saya mendesak para pemimpin negara sahabat Israel untuk menahan diri bertemu dengan Perdana Menteri Israel,” tegasnya.
Mantan PM Israel, Ehud Olmert.
Kecaman keras dari Olmert ini memperlihatkan perpecahan mendalam dalam politik Israel. Di saat yang sama, perpecahan di antara negarawan ini juga mengisyaratkan adanya penolakan besar terhadap gaya kepemimpinan dan kebijakan Netanyahu di Israel.
Sementara itu, pekan lalu, di New York, Olmert menuduh Netanyahu ikut campur dalam pemilu Amerika Serikat dan menyebutnya hal itu sebagai 'pelanggaran signifikan terhadap aturan dasar yang mengatur hubungan antar negara, terlebih lagi mengingat status sekutu Israel dan Amerika Serikat'.
Olmert lebih lanjut menuduh Netanyahu melakukan intervensi dalam pemilu AS 'atas nama seorang miliarder Amerika yang mempunyai kepentingan dalam pemilu'.
Baca Juga: Pengadilan Korupsi Netanyahu Kembali Berlanjut, Dituding Beri Gratifikasi untuk Berita Positif Israel
Hal ini mengacu pada taipan kasino Sheldon Adelson, yang merupakan pendukung utama Netanyahu di luar negeri dan telah menyumbangkan sekitar US$700 juta kepada Partai Republik dalam upaya untuk menggulingkan Presiden Obama.
Di sisi lain, perang antara Israel dengan Hamas yang kembali memanas pada awal Oktober kemarin telah memicu ketidakpuasan publik terhadap Perdana Menteri Netanyahu dan pemerintah Israel saat ini.
Serangan Israel terhadap Hamas juga berdampak pada hubungan diplomatik, yang berpotensi menggagalkan kesepakatan yang ditengahi AS antara Israel dan Arab Saudi. Karena ini, kemungkinan normalisasi hubungan antara Israel dan Saudi kini nampaknya kecil akan berhasil.
Lebih parahnya, beberapa pemimpin dan pakar telah memramal potensi perluasan konflik, yang diduga akan mengarah pada perang antara Israel dan Iran.
Terkait hal ini, para pejabat Iran telah menyatakan kesediaannya untuk melakukan intervensi jika Israel melanjutkan operasi militer atau melancarkan invasi darat terhadap Gaza, yang selanjutnya mengisyaratkan kemungkinan peningkatan konflik di wilayah tersebut.
Reaksi masyarakat terhadap kepemimpinan Netanyahu, ditambah dengan meningkatnya ketegangan politik domestik. Hal ini berkaitan dengan kontroversi seputar masa jabatan Netanyahu sebagai Perdana Menteri dan kasus korupsi yang sedang menjeratnya.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: TRT World