INDOZONE.ID - Serangan drone Rusia-Ukraina yang kian brutal memicu reaksi keras dari mantan Presiden AS, Donald Trump. Ia menyebut Presiden Rusia, Vladimir Putin, sebagai seseorang yang “gila” setelah Moskow melancarkan serangan udara masif ke Ukraina pada Minggu (25/5/2025).
Sementara itu, di tengah serangan yang menewaskan sedikitnya 13 orang, kedua negara justru menuntaskan pertukaran tahanan terbesar sejak invasi Rusia dimulai.
Baca Juga: Rusia dan Ukraina Sukses Tukar Ribuan Tawanan Perang, Terbesar Sejak Awal Konflik
Dalam pernyataan terbarunya di platform Truth Social, Trump menegaskan, “Saya selalu memiliki hubungan yang baik dengan Vladimir Putin dari Rusia, tetapi sesuatu telah terjadi padanya. Dia benar-benar GILA!”.
Ungkapan itu menandai reaksi Trump terhadap hujan drone Rusia di Ukraina yang memakan korban jiwa, termasuk anak-anak berusia 8, 12, dan 17 tahun di wilayah Zhytomyr.
Trump juga kembali mengingatkan bahwa ambisi Putin terhadap Ukraina bukan hanya sebatas sebagian wilayah.
Baca Juga: Putin dan Trump akan Telponan 19 Mei, Bahas Perang Rusia-Ukraina dan Perdagangan
“Saya selalu mengatakan dia menginginkan SELURUH Ukraina, bukan hanya sepotongnya, dan jika itu benar, akan membawa kejatuhan Rusia!” tegasnya.
Suasana Serangan Udara
Serangan udara tersebut menciptakan suasana “teror” yang meluas, terutama di ibu kota Kyiv, menurut layanan darurat Ukraina.
Trump desak Putin hentikan Perang Ukraina, menambahkan bahwa “diamnya Amerika dan negara lain hanya mendorong Putin semakin agresif.”
Dalam pernyataan kepada wartawan, ia juga mengisyaratkan kemungkinan meningkatkan sanksi terhadap Rusia.
“Saya tidak senang dengan serangan ini, dan saya mempertimbangkan untuk memperketat sanksi. Saya kenal dia lama, selalu akur, tapi dia menembakkan roket ke kota-kota dan membunuh orang, saya tidak suka itu sama sekali,” katanya.
Serangan udara yang terjadi selama dua malam berturut-turut ini menjadi yang terbesar sepanjang konflik, dengan pasukan Ukraina berhasil menembak jatuh 45 rudal dan 266 drone serang Rusia.
Juru bicara Angkatan Udara Ukraina, Yuriy Ignat, menyebut total 298 drone diluncurkan Rusia, menjadi rekor serangan udara terbesar yang pernah terjadi.
Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul, juga angkat bicara, “Putin tidak menginginkan perdamaian, dia ingin melanjutkan perang ini. Karena itu, kami akan menyetujui sanksi lebih lanjut di tingkat Eropa.”
Pernyataan ini sejalan dengan seruan dari kepala diplomasi Uni Eropa, Kaja Kallas, yang mendesak “tekanan internasional paling kuat untuk menghentikan perang.”
Gak Cuma Kritik Putin
Di sisi lain, Trump tak hanya mengkritik Putin, tetapi juga Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Ia menuduh Zelenskyy “tidak membantu negaranya” karena komentarnya yang keras.
“Setiap ucapannya justru menambah masalah. Saya tidak suka, dan itu harus dihentikan,” tulis Trump.
Pernyataan Trump terkini tentang invasi Rusia ke Ukraina ini menjadi sorotan banyak pihak, terutama di tengah upaya diplomatik yang masih buntu. Sementara itu, pada hari yang sama, Rusia dan Ukraina menyelesaikan pertukaran tahanan besar-besaran.
Sebanyak 303 tahanan dari masing-masing pihak dibebaskan, termasuk mantan tentara Ukraina yang terlihat lemah tapi tersenyum haru saat tiba di rumah sakit di wilayah Chernigiv.
Seorang mantan tawanan, Viktor Syvak (58 tahun), mengungkapkan rasa syukurnya, “Rasanya mustahil dijelaskan. Saya tidak bisa berkata-kata.” Ia ditahan di Mariupol selama 37 bulan dan 12 hari.
Serangan drone Rusia-Ukraina ini dan pertukaran tahanan yang terjadi menjadi bukti bahwa konflik masih jauh dari kata usai.
Dengan Trump yang kini terang-terangan mengecam Putin, sorotan internasional pun semakin mendorong harapan agar tekanan global mampu menghentikan tragedi yang terus memakan korban di Ukraina.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Nypost.com