INDOZONE.ID - Di wilayah Chanmyathazi, pinggiran kota Mandalay, antrean panjang terbentuk saat kendaraan tuk-tuk tiba membawa bantuan gempa Myanmar. Relawan dengan sigap membagikan botol air dan buah-buahan kepada tangan-tangan yang terulur.
Hampir seminggu setelah bencana gempa Myanmar mengguncang negara ini, para penyintas menghadapi kekurangan air bersih, makanan, dan obat-obatan.
"Kami kesulitan mendapatkan makanan setiap hari. Kami harus mengantre untuk bisa makan. Bahkan kebutuhan dasar seperti mencari toilet menjadi tantangan besar. Kami benar-benar dalam kondisi sulit," kata Waddy, seorang warga Chanmyathazi seperti dilansir Channel News Asia, Kamis (3/4/2025).
Baca Juga: Di Tengah Krisis Gempa, Militer Myanmar Tetap Melancarkan Serangan Udara
Tempat kerjanya, sebuah salon kecantikan, sudah berhenti beroperasi sejak gempa terjadi. Kini, ia dan tetangganya bergantung pada bantuan dari relawan dan donatur untuk kebutuhan sehari-hari.
Di lokasi lain, para relawan membagikan lembaran terpal agar para penyintas bisa membangun tenda darurat untuk berteduh dari hujan dan terik matahari.
Banyak korban gempa Myanmar memilih tidur di lapangan terbuka atau di pinggir jalan, takut jika sisa bangunan rumah mereka ambruk akibat gempa susulan.
"Guncangan terus terjadi. Orang-orang takut berada di dalam rumah. Bahkan mereka yang rumahnya masih utuh memilih tidur di luar," kata seorang warga yang menyumbangkan terpal untuk komunitasnya.
Gempa berkekuatan 7,7 magnitudo pada Jumat lalu telah merobohkan bangunan dan jembatan, sementara gempa susulan terus terjadi.
Menurut laporan terbaru dari pemerintah militer Myanmar, lebih dari 3.000 orang meninggal dunia, dan ratusan lainnya masih hilang, diduga terjebak di bawah reruntuhan.
Pemerintah Myanmar akhirnya mengeluarkan permohonan bantuan internasional, sesuatu yang jarang terjadi.
Sejak saat itu, tim penyelamat, paramedis, dan jutaan dolar bantuan gempa Myanmar datang dari berbagai negara, termasuk China, India, serta negara-negara ASEAN.
Pasokan darurat seperti tenda, selimut, obat-obatan, perlengkapan kebersihan, dan makanan telah dikirim ke Myanmar. Namun, akses ke sanitasi masih menjadi tantangan besar karena pasokan air bersih yang terbatas.
"Ini masalah besar. Saya tidak tahu harus mandi di mana. Bahkan di rumah teman, tidak ada air dan listrik," kata Kathy Oo, warga Mandalay.
Dengan musim hujan yang diperkirakan akan segera datang, PBB memperingatkan adanya risiko penyebaran penyakit seperti kolera dan malaria.
Di tengah upaya bantuan, ketegangan masih terjadi. Militer Myanmar mengaku melepaskan tembakan peringatan ke arah konvoi bantuan dari Palang Merah China karena tidak berhenti di zona konflik.
Konvoi berisi sembilan kendaraan itu membawa bantuan ke Mandalay, salah satu kota yang paling terdampak gempa. Pihak militer mengklaim bahwa tim penyelamat China tidak memberi tahu keberadaan mereka di area tersebut.
Baca Juga: Presiden Trump: Amerika Siap Bantu Myanmar Pasca Gempa Dahsyat
China kemudian mengonfirmasi bahwa tim penyelamat mereka dalam kondisi aman dan meminta semua pihak di Myanmar untuk melindungi pekerja kemanusiaan serta memprioritaskan bantuan bagi korban gempa Myanmar.
Beberapa kelompok bersenjata pemberontak di Myanmar juga menyatakan gencatan senjata sementara untuk memastikan bantuan bisa sampai ke daerah terdampak.
Militer Myanmar sendiri mengumumkan penghentian sementara pertempuran hingga 22 April untuk mendukung upaya pemulihan.
Meski situasi masih penuh risiko, tim penyelamat terus berusaha mencari korban selamat, meskipun harapan semakin menipis. Jalanan dan jembatan yang rusak, serta terbatasnya akses listrik dan komunikasi, semakin memperumit upaya evakuasi.
Hingga saat ini, PBB melaporkan bahwa 25 tim penyelamat dari 13 negara telah berada di Myanmar.
Namun, di tengah bantuan internasional, pilar utama pemulihan tetaplah warga Myanmar sendiri. Mereka yang mengenal setiap sudut jalan dan komunitas mereka terus berusaha bangkit dan menolong satu sama lain.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Channelnewsasia.com