Selasa, 25 FEBRUARI 2025 • 22:00 WIB

Anak SD Tengggak Miras Oplosan di Jember: Alarm Semua Pihak, Apa Solusinya?

Author

Dialog Publik Bahas Soal Peredaran Miras di Unej, yang digelar PWI Jember.

INDOZONE.ID - Peredaran miras di Jember kembali jadi sorotan, terutama setelah sekelompok anak SD kedapatan menenggak miras oplosan.

Fenomena ini bukan sekadar pelanggaran hukum, tapi juga alarm besar bagi semua pihak.

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jember menggandeng Universitas Jember (Unej) dalam sebuah diskusi terbuka bertajuk "Penyakit Mabuk Miras, Adakah Solusinya?" yang digelar di Gedung Soetardjo, Selasa (25/2/2025).

Berbagai pihak hadir, dari DPRD, kepolisian, ulama, akademisi, hingga jurnalis, membahas peredaran miras dari berbagai sudut pandang.

Lebih dari Sekadar Penegakan Hukum

Wakil Ketua DPRD Jember, Widarto, menegaskan bahwa masalah miras tak bisa hanya diselesaikan lewat hukum.

"Jadi kalau menurut saya penanganan soal miras itu bukan hanya soal law enforcement, bukan hanya soal penegakan hukum. Dari sisi aturan, Jember sebenarnya sudah lebih maju, dengan sudah memiliki Perda. Dibandingkan pemerintah pusat, karena kan undang-undang tentang pengendalian minuman beralkohol saja belum ada," jelasnya.

Baca Juga: Nekat Bawa Sajam saat Tawuran, Pemuda Asal Jember Tantang Polisi!

Ia menekankan bahwa peredaran miras didorong oleh banyak faktor, terutama sosial dan ekonomi.

Generasi Muda dan Tantangan Sosial

Salah satu penyebab utama adalah tekanan sosial yang dihadapi anak muda.

"Entah apakah itu masalah eksistensi, ekspresi, artinya lewat kumpulan atau komunitas itu. Maka pemerintah daerah ke depan harus memberikan ruang-ruang ekspresi yang jauh lebih banyak," lanjut Widarto.

Baca Juga: Ratusan Warga dan Mahasiswa Geruduk DPRD Jember, Tuntut Tambak Ditutup karena Rusak Lingkungan

Ia mengusulkan agar Jember meniru kota-kota besar dengan menyediakan creative hub, tempat anak muda bisa menyalurkan bakat dan energi mereka ke hal-hal positif.

Miras Murah dan Rentan Sosial

Selain faktor sosial, ada juga tekanan ekonomi. Data dari kepolisian menunjukkan bahwa miras ilegal yang paling banyak beredar adalah jenis yang murah, seperti arak.

"Kalau kita bicara arak berarti kemudian minuman yang harganya jauh lebih murah. Artinya apa? Kita menganalisa banyak yang mengkonsumsi ini terutama yang ilegal itu ya dari kelompok miskin atau kelompok yang secara ekonomi kurang mampu," jelasnya.

Hal ini semakin diperparah dengan pola konsumsi miras yang sering terjadi di malam hari, menunjukkan bahwa banyak konsumennya adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetap atau rentan secara ekonomi.

Masalah Keluarga dan Pendidikan

Selain faktor eksternal, masalah internal seperti kondisi keluarga juga berperan besar.

"Banyak juga mereka yang mengkonsumsi miras itu, mereka yang keluarganya ada masalah broken. Kemudian pengawasan orang tua kurang bagus, maka penguatan keluarganya penting juga untuk dilakukan," tambahnya.

Maka, edukasi soal bahaya miras tak cukup hanya lewat sekolah, tapi harus menyentuh level keluarga agar benar-benar efektif.

MUI: Ini Juga Masalah Moral

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jember, Dr. KH. Abdul Haris, menyoroti bahwa miras bukan hanya persoalan hukum, tapi juga moral dan agama.

"Dalam Islam, miras jelas dilarang karena mudaratnya jauh lebih besar daripada manfaatnya. Oleh karena itu, kita harus bersama-sama menjaga generasi muda agar tidak terjerumus ke dalam kebiasaan yang merusak ini," tegasnya.

Polisi: Kami Tidak Bisa Sendirian

Wakapolres Jember, Kompol Ferry Dharmawan, menegaskan bahwa pihaknya terus menindak peredaran miras ilegal.
Namun, ia mengakui bahwa tanpa dukungan masyarakat, masalah ini sulit diberantas sepenuhnya.

"Para orang tua juga harus menjaga anak-anaknya agar tidak terjerumus. Kami dari kepolisian terus berupaya melakukan penindakan terhadap peredaran miras ilegal, tapi tanpa dukungan masyarakat, hal ini sulit diberantas sepenuhnya," jelasnya.

UNEJ Siap Berkontribusi

Rektor Universitas Jember, Iwan Taruna, menegaskan bahwa dunia akademik juga punya peran dalam solusi masalah ini.

"Kita ingin Jember menjadi daerah yang lebih tertib dan sejahtera. Untuk itu, perlu ada pendekatan holistik dalam menekan peredaran miras, tidak hanya dari aspek hukum, tapi juga dari sisi sosial dan edukasi kepada masyarakat," ujarnya.

Media Juga Punya Peran

Ketua PWI Jember, Sugeng Prayitno, menekankan bahwa media harus ikut aktif dalam memberantas miras lewat pemberitaan yang mendidik masyarakat.

"Banyak sekali kejahatan yang disebabkan oleh miras. Kita tahu bahwa orang yang minum miras bisa kehilangan akalnya. Yang tadinya penakut bisa jadi pemberani, yang berani bisa jadi jahat, dan yang jahat bisa semakin beringas. Ini yang perlu kita cegah bersama," tegasnya.

Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Liputan