Minggu, 03 NOVEMBER 2024 • 18:40 WIB

Korea Utara Tuduh Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Tingkatkan Ancaman Perang Nuklir

Author

Foto dari pemerintah Korea Utara ini memperlihatkan uji peluncuran rudal balistik antarbenua Hwasong-19 di lokasi yang tidak disebutkan di Korea Utara pada 31 Oktober 2024. (channelnewsasia.com)

INDOZONE.ID - Media resmi Korea Utara pada hari Minggu (3/11/2024) merilis laporan putih yang menuding Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, akan meningkatkan perang nuklir karena kebijakan-kebijakannya terhadap Korea Utara.

Laporan yang dibuat oleh Institut Studi Negara Musuh Korea Utara dan diterbitkan oleh kantor berita KCNA tersebut mengkritik pernyataan Yoon yang dinilai “berbahaya” terkait perang.

Selain itu, juga terkait pengabaian terhadap elemen perjanjian antar-Korea, keterlibatan dalam rencana perang nuklir dengan Amerika Serikat, serta upaya memperkuat hubungan dengan Jepang dan NATO.

“Langkah militer yang terus memburuk ini hanya menghasilkan efek sebaliknya, mendorong (Korea Utara) untuk memperbanyak senjata nuklirnya secara masif dan meningkatkan kemampuan serangan nuklirnya,” demikian isi laporan tersebut.

Baca Juga: Korsel Desak Penarikan Segera Pasukan Korea Utara dari Rusia

Sebagai pemimpin konservatif, Yoon memang bersikap tegas terhadap Korea Utara, yang terus maju dengan program pengembangan senjata nuklir dan rudal balistiknya meskipun ada larangan dari Dewan Keamanan PBB.

Pemerintahan Yoon menyatakan bahwa tindakan Korea Utara, seperti uji coba senjata dan bantuan militer untuk Rusia dalam perang di Ukraina, adalah penyebab meningkatnya ketegangan.

Pyongyang telah berupaya memutuskan hubungan antar-Korea, menyatakan Korea Selatan sebagai negara musuh sejak Kim Jong Un menyebutnya sebagai "musuh utama" awal tahun ini.

Selain itu, Kim Jong Un juga menyebut bahwa penyatuan kedua negara sudah tidak mungkin.

Bulan lalu, Korea Utara menghancurkan sebagian jalan dan rel kereta api antar-Korea di sisi perbatasannya yang dijaga ketat.

Gambar satelit menunjukkan bahwa Korea Utara kini telah menggali parit besar di bekas jalur perlintasan tersebut.

Secara teknis, kedua negara Korea ini masih berada dalam status perang karena konflik yang terjadi pada tahun 1950 hingga 1953 hanya berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

Baca Juga: 4 Fakta Tindakan Balasan Korea Selatan ke Korea Utara Usai Dikirimkan Balon Sampah

Selain itu, Korea Utara dan Korea Selatan juga saling berseteru mengenai balon-balon sampah yang diterbangkan dari Korea Utara sejak Mei 2024.

Pyongyang mengklaim balon-balon ini merupakan balasan atas balon yang diterbangkan aktivis anti-pemerintah dari Korea Selatan.

Laporan putih pada hari Minggu (3/11) tersebut juga menyoroti masalah-masalah politik dalam negeri Presiden Yoon, termasuk skandal yang melibatkan istrinya, yang telah menurunkan popularitasnya secara signifikan.

Di sisi lain, Amerika Serikat pada hari Minggu (3/11) mengirim pesawat pembom B-1B untuk latihan udara bersama dengan Korea Selatan dan Jepang, sebagai respons atas peluncuran rudal balistik antarbenua terbaru Korea Utara, menurut Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.

Latihan militer ini menunjukkan komitmen ketiga negara untuk menghadapi ancaman nuklir dan rudal dari Korea Utara melalui kerja sama, demikian pernyataan dari Kepala Staf Gabungan.

Ini merupakan kali kedua tahun ini ketiga negara menggelar latihan udara bersama dan keempat kalinya Amerika Serikat mengirim pembom strategisnya ke Semenanjung Korea pada tahun 2024, menurut pernyataan tersebut.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Channelnewsasia.com