Sabtu, 26 OKTOBER 2024 • 11:30 WIB

Serangan Israel di Lebanon Tewaskan 3 Jurnalis yang Sedang Tidur Malam

Author

Sebuah mobil bertuliskan “Pers” di lokasi serangan udara Israel yang menargetkan area di mana sejumlah jurnalis berada di desa Hasbaya, Lebanon selatan, pada 25 Oktober 2024. (channelnewsasia.com)

INDOZONE.ID - Pemerintah Lebanon melaporkan pada Jumat (25/10/2024), bahwa serangan udara Israel telah menewaskan tiga jurnalis di bagian selatan Lebanon. Menteri Informasi Lebanon mengecam keras insiden ini, menyebutnya sebagai "kejahatan perang."

Stasiun televisi pro-Iran, Al Mayadeen, mengonfirmasi bahwa serangan tersebut menewaskan seorang kamerawan dan teknisi siaran, yang berada di lokasi penginapan jurnalis di Hasbaya, Lebanon selatan.

Al-Manar, saluran TV yang dioperasikan Hizbullah, juga melaporkan bahwa salah satu jurnalis videonya tewas dalam serangan itu.

Baca Juga: AS dan Israel Diskusikan Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza di Doha

Dalam sebuah unggahan di media sosial X, Menteri Informasi Lebanon, Ziad Makary, mengkritik serangan tersebut.

Ia menyebut bahwa serangan ini dilakukan setelah pemantauan dan perencanaan, menargetkan para jurnalis yang tengah beristirahat.

"Israel menunggu waktu istirahat malam mereka untuk menyerang secara mendadak," tulisnya.

Diketahui, di lokasi tersebut terdapat 18 jurnalis dari tujuh lembaga media yang berbeda saat kejadian.

Sejumlah jurnalis dari berbagai media, termasuk Al-Jadeed, Sky News Arabic, dan Al Jazeera English, juga berada di sekitar lokasi saat serangan terjadi pada malam hari.

Selain korban jiwa, serangan ini mengakibatkan tiga orang terluka, menurut laporan Kementerian Kesehatan Lebanon. Area tempat serangan terjadi ini berada di luar kawasan tradisional Hezbollah.

Israel, yang telah berkonflik dengan Hezbollah sejak bulan lalu, belum memberikan komentar mengenai insiden tersebut.

Konflik ini dimulai sebagai upaya Israel untuk mengamankan perbatasan utara setelah serangan lintas batas oleh Hizbullah yang didukung Iran selama hampir setahun.

Serangan berskala kecil Hizbullah terhadap Israel sendiri dimulai setelah serangan besar oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.

Di tengah konflik yang terus meningkat, upaya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza semakin menguat.

Baca Juga: Israel Konfirmasi Tewasnya Penerus Pemimpin Hizbullah Hashem Safieddine

Seorang pejabat Hamas menyatakan bahwa pihaknya bersedia menghentikan pertempuran asalkan Israel setuju untuk melakukan gencatan senjata, menarik pasukan dari Gaza, mengizinkan warga yang terlantar kembali, menyetujui pertukaran tahanan, dan memberikan akses bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan kesiapannya untuk bekerja sama dengan Mesir sebagai mediator dalam mencapai kesepakatan terkait pembebasan sandera di Gaza.

Netanyahu juga mengutus kepala badan intelijen Mossad ke Qatar untuk memfasilitasi pembicaraan.

Sementara itu, di lapangan, militer Israel terus menekan Hamas di Gaza utara, yang mengakibatkan ratusan korban jiwa. Menurut badan pertahanan sipil Gaza, lebih dari 770 orang tewas di wilayah utara Gaza dalam 19 hari sejak operasi Israel dimulai.

Israel menyatakan bahwa operasi tersebut bertujuan untuk menghancurkan kemampuan militer Hamas yang diduga tengah dibangun kembali di utara Gaza.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Channelnewsasia.com