Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
INDOZONE.ID - Cuaca panas terik melanda sebagian wilayah Indonesia, menciptakan situasi yang jauh dari kebiasaan. Rata-rata suhu di Indonesia biasanya berada di sekitar 26,6 derajat Celsius, namun belakangan ini suhu rata-rata telah naik hingga mencapai 27 derajat Celsius.
Musim kemarau kali ini tidak hanya lebih kering, tetapi juga lebih panas, memberikan tantangan ekstra bagi masyarakat, terutama para petani yang bergantung pada curah hujan untuk hasil panen yang melimpah.
Kebakaran juga banyak melanda karena suhu panas yang membuat api lebih mudah menyebar. Kekeringan hingga keterbatasan air juga mulai mengancam masyarakat.
Fenomena El Nino dan IOD Positif menjadi pemicu utama di balik kondisi luar biasa ini, menyebabkan anomali kenaikan suhu dan berkurangnya curah hujan dari kondisi normal.
Baca Juga: Pasca Putusan MK, Kaos Bertuliskan Prabowo-Gibran Kembali Jadi Perbincangan di Medsos
Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, meskipun musim kemarau ini akan segera berakhir, tingkat El Nino yang moderat masih akan bertahan untuk sementara waktu.
"Sesuai prediksi BMKG, puncak dampak El Nino terjadi pada bulan September. Level El Nino moderat akan terus bertahan dan berakhir pada bulan Februari-Maret 2024," ungkap Dwikorita dalam keterangan resmi pada Minggu (15/10/2023). Proyeksi ini memberikan asa kepada masyarakat yang telah lama menanti datangnya musim hujan.
Hal ini memberikan harapan kepada banyak orang, terutama petani, bahwa hujan akan segera turun dan membawa kesuburan bagi tanah mereka, memulai siklus baru pertumbuhan dan panen.
Transisi dari Monsun Australia menjadi Monsun Asia adalah pemicu utama untuk awal musim hujan. Monsun Asia telah mulai memasuki wilayah Indonesia, memberikan tanda-tanda positif bahwa hujan akan segera mengguyur tanah air, membawa kelegaan bagi banyak orang.
Baca Juga: Pelaku Penembakan Suporter Swedia Ngaku Anggota ISIS, Nekat Menyerang untuk Balas Dendam
Namun, karena perbedaan iklim yang tinggi, awal musim hujan tidak akan terjadi secara serentak di seluruh wilayah Indonesia.
Beberapa wilayah akan merasakan hujan lebih awal, sedangkan yang lain harus bersabar sejenak menanti hujan yang membawa kesegaran dan angin segar bagi bumi ini.
Pengaruh El Nino akan mulai berkurang seiring masuknya musim hujan, memberikan harapan bahwa kemarau kering ini akan segera berakhir secara bertahap.
Beberapa wilayah akan memasuki musim penghujan sebelum November dan ada yang lebih lambat, tetapi sebagian besar pada bulan November.
"Puncak musim hujan diprediksi akan terjadi pada bulan Januari-Februari 2024," pungkas Dwikorita.
Sebelumnya, BMKG memprediksi Awal Musim Hujan 2023/2024 di sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami penundaan.
Baca Juga: Gudang Makanan Ringan di Kota Parepare Terbakar Akibat Alang-alang
Dalam Buku Prakiraan Musim Hujan 2023/2024, diperkirakan sekitar 63,81% wilayah Zona Musim (ZOM) Indonesia akan mengalami penundaan awal musim hujan. Meskipun penantian masyarakat akan hujan terasa panjang, harapan akan keberhasilan dalam pertanian dan dampak positifnya terhadap ekonomi lokal membawa sukacita dan kelegaan bagi mereka.
Keberhasilan ini juga memberikan kesempatan bagi para petani untuk meningkatkan kualitas hasil panen dan kesejahteraan mereka serta komunitas sekitar.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Z Creators