Kegiatan ini menjadi simbol dimulainya babak baru bagi ratusan pedagang dan juru parkir, yang sebelumnya menggantungkan hidupnya di kawasan ABA, Malioboro. Kegiatan tersebut dihadiri seluruh warga eks ABA.
Doa dan selawat dipanjatkan sebagai bentuk rasa syukur dan permohonan agar aktivitas baru mereka di lokasi tersebut berjalan lancar dan membawa keberkahan.
Dihadapan para warga, Rulianto Setiawan, selaku Ketua Pengelola Eks Warga menyampaikan rasa terima kasih kepada Pemda DIY, atas penyediaan tempat baru ini. Ia berharap, agar semangat kebersamaan warga ABA tetap terjaga.
"Mari kita lupakan Abu Bakar Ali, kita yakinkan pikiran kita, kita teguhkan hati kita. Bismillah, kita nanti bisa seperti di ABA, kita bisa hidup kembali. Kita ingin parkir dan pedagang tetap jadi satu. Ini bagian dari perjalanan kita bersama,” ujarnya.
Namun, Doni juga mengakui adanya sejumlah kendala teknis di lapangan yang menghambat dimulainya aktivitas warga secara penuh.
“Saya mohon pengertian, karena dari awal kita di sini sudah mempersiapkan, sudah mulai menata dan memberikan nomor. Tapi memang ada kendala teknis," imbuhnya.
BACA JUGA: Harapan Warga Parkir ABA Malioboro Ikut Turun Ke Jalan Peringati Hari Buruh InternasionalSebagai penutup sambutannya, Doni berharap, sebelum tanggal 20 Juni Pemda terkait memastikan warga eks ABA tersebut dapat beraktivitas kembali.
"Harapan kami, sebelum liburan tanggal 20 Juni, kita semua sudah bisa mulai berdagang dan tim parkir juga bekerja,” pungkas Doni.
Senada, Agil selaku Ketua Paguyuban Warga ABA juga menyampaikan, lokasi baru ini sebenarnya sudah siap secara fisik, namun masih ada hambatan administratif dari instansi terkait.
“
Gapura akses masuk armada seperti bus kecil belum bisa dibongkar, padahal sudah kami ajukan. Ini menghambat sirkulasi kendaraan dan posisi dagang. Bahkan divider jalan juga kami minta untuk dibuat portable, agar saat kegiatan bisa dibuka,” ujar Agil kepada wartawan disela-sela acara.
Lebih lanjut, Agil menjelaskan, seluruh pembiayaan penataan lokasi baru, termasuk pengerasan lahan dan perbaikan akses masuk, dilakukan secara swadaya oleh warga yakni dengan total biaya mencapai sekitar Rp50 juta.
“Pemerintah hanya menyiapkan tempat. Tidak ada bantuan bahan pokok, tidak ada bantuan langsung. Bahkan 20 orang lansia dari kami juga belum menerima dukungan apa pun,” katanya.
Lokasi Baru Wisata Malioboro Kendati demikian, para warga eks ABA tetap berharap, agar pemerintah segera memberikan kejelasan izin teknis, dan mendukung penuh upaya mereka untuk kembali mengais rezeki secara layak.
"Kendalanya cuma itu sama divider tengah itu kita juga kita ajukan untuk portable. Itu kan kalau untuk muter akses kan susah. Ya. Kita minta itu kan itu dibuat. Kita buat portable kita buka kalau pas ada kegiatan kita aktivitas. Setelah selesai ya kita tutup," bebernya.
Kendala lainnya, dikawasan tersebut merupakan akses yang masih terjadi kemacetan. Meski tak separah di kota-kota besar lainnya di Indonesia.
"Kalau untuk masalah macet. Long weekend saja sudah macet kok. Dan macetnya kita di sini kan tidak seperti kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya itu. Macetnya tidak bisa bergerak. Di sini semacet-macetnya di Jogja itu kan masih bisa bergerak lah," imbuh Agil.
Agil menyebut, jika lokasi ini sudah dapat dioperasionalkan, ia yakin akan dapat meminimalisir kemacetan.
"Kalau di lapangan ya untuk mengurai kemacetan ya itu tadi. Jadi ya, kita mohon kepada pejabat terkait, apalagi ini urusan hajat hidup orang banyak. Jangan cuma mikir prestasi dan lain sebagainya," ucap Agil.
"Kami minta untuk mengedepankan kepentingan masyarakat umum. Terutama yang mencari makan. Kami ini sudah nurut, sudah manut. Tolong jangan dipersulit. Ini hajat hidup orang banyak,” sambungnya.
BACA JUGA: Alasan Pemda DIY Relokasi TKP ABA ke Eks Menara Kopi Kotabaru Lokasi baru di Eks Menara Kopi ini, diproyeksikan mampu menampung sekitar 20-40 bus kecil, 100 motor, dan sejumlah kendaraan pedagang.
"Kalau devider tengah itu kita bongkar bus besar bisa masuk sekitar 30 bus. Kalau untuk kapasitas motor kurang lebih ya 100 motor bisa muat ini," jelasnya
.Selain itu, Agil juga meminta kepada jajaran Pemda DIY untuk menertibkan sejumlah parkir liar, yang berdekatan dengan lokasi baru parkir Malioboro tersebut.
"Parkir liar di luar banyak. Kita mau ke Malioboro aja, ya mending cari tempat parkir yang terdekat toh daripada masuk ke sini. Nah ini ketegasan pemerintah lagi kan gitu. Kita itu warga masyarakat kan sudah manut, tinggal sekarang pemerintah kalau memang ini untuk mobil, tegas enggak itu menertibkan parkir liar, kan gitu. Kalau enggak ya sama aja kita mau dikubur hidup hidup di sini," pinta Agil.
Rencananya, jika izin sudah diberikan dan perbaikan selesai, aktivitas perdagangan dan parkir akan dimulai secepatnya.
"Ya harapan kami secepatnya lah kita diberi jawaban, biar kesannya tidak menggantung," pungkas Agil.
Lahan seluas 4 ribu meter persegi dengan luas bangunan sekitar 2.300 meter persegi tersebut, disewa Pemda DIY melalui Dishub DIY, mulai Juni 2025 hingga Desember 2026 mendatang.
Selama masa itu, seluruh jukir dan PKL dibebaskan dari kewajiban pembayaran sewa tempat.