Aksi protes dosen ASN ISI Yogyakarta tuntut pencairan tukin 2020 - 2024
INDOZONE.ID - Sejumlah ASN dosen Insititusi Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada Senin (3/2/2025) menggelar aksi damai di depan Gedung Rektorat. Kegiatan itu dilakukan untuk menuntut turunnya tunjangan kinerja (tukin) sejak tahun 2020-2024.
"Tadinya hanya dari Fakultas pertunjukan, tapi dosen dari fakultas lain ikut. Ada dari seni rupa dan media rekam dan lain-lainnya," kata Koordinator Adaksi Yogyakarta, Titis Setyono Adi Nugroho disela-sela aksi.
Tukin ini, kata Titis, merupakan bagian dari isu kesejahteraan para dosen, dan diharapkan nantinya pemerintah bisa menganggarkan untuk semua dosen.
"Penting sekali (tukin), dari situ bisa untuk penelitian hingga kegiatan dosen lain. Tapi selama ini, untuk kegiatan itu sebetulnya pakai dana pribadi kita, termasuk untuk jurnal saja harus pakai dana sendiri," ucapnya.
Titis menambahkan, kementerian sudah menyatakan, mereka hanya punya uang Rp2,5 triliun. Kalau dihitung, itu hanya bisa untuk sekitar 30.000 dosen.
Padahal kata dia, semua ASN yang berada di bawah Kemdiktisaintek, berjumlah lebih dari 80 ribu orang. Untuk itu, ini yang perlu diperjuangkan bukan hanya bagi sebagian saja.
"Di ISI ada 400-an dosen. Kalau seluruh Indonesia dosen (yang tercatat) di Kemendikbud Saintek kemarin ditotal ada 88.299 dosen yang belum dibayarkan," ungkapnya.
Diketahui Titis, untuk besaran tukin dosen mulai Rp 5 juta hingga belasan juta rupiah per bulan.
"Untuk kisaran tukin masing-masing ada kelas jabatan. Golongan AA sekitar Rp 5 juta, lektor Rp 8 juta, guru besar sekitar Rp 12 jutaan per bulan," sebutnya.
"Maka dari itu, kami minta untuk skema tiga yang dibayarkan. Bukan skema satu yang disetujui oleh Kemenkeu yang mana itu Rp 2,5 triliun saja. Kami menuntut kira-kira Rp 8 triliun itu pun masih 14 bulan. Kami menuntut lebih dari itu sebetulnya, karena dari tahun 2020 yang belum dibayarkan," lanjutnya dengan nada tegas.
BACA JUGA: Telusuri Aliran Uang Korupsi Tukin, KPK Cecar Plh Dirjen Minerba!
Dalam kesempatan itu, Titis juga menyampaikan bahwa, selama ini ASN dosen hanya digaji rata-rata UMR, bahkan masih ada yang di bawah UMR.
"Selama ini ASN dosen hanya dengan gaji pokok dan lauk pauk. Bayangkan dari nominal segitu kami hanya dibayar seniminal UMR. Sangat miris sekali," tuturnya dengan nada kesal.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung