Sumber diplomatik menyebutkan bahwa keberadaan kantor Hamas di Doha mungkin tidak lagi relevan jika pembicaraan damai tetap terhenti.
Meski begitu, pejabat Hamas di Qatar menyatakan bahwa mereka belum menerima permintaan resmi untuk meninggalkan negara tersebut.
Keberadaan mereka di Qatar selama ini dianggap sebagai jalur komunikasi penting bagi proses diplomasi.
Israel baru saja menerima paket bantuan militer besar senilai ,7 miliar dari Amerika Serikat.
Perang antara Israel dan Hamas kini telah memasuki hari ke-400. Meskipun gencatan senjata singkat pada November lalu berhasil mengembalikan sejumlah sandera, konflik ini tetap berlanjut.
Serangan udara Israel di Gaza dilaporkan telah menewaskan banyak warga sipil, termasuk di antaranya perempuan dan anak-anak yang berada di kamp pengungsian.
Di tengah konflik ini, banyak warga Gaza yang harus terus berpindah-pindah demi mencari tempat yang lebih aman.
Perang antara Israel dan Hamas juga berdampak pada negara tetangga, Lebanon. Sejak September, Israel meningkatkan serangannya di perbatasan Lebanon dan bahkan mengirim pasukan darat.
Konflik di Lebanon ini telah menewaskan ribuan warga sipil dan memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Selain itu, kelompok Hizbullah, yang menjadi sekutu Hamas, terus melakukan perlawanan terhadap pasukan Israel di wilayah utara.
Keputusan Qatar untuk menunda upaya mediasi menunjukkan kerumitan dan mendalamnya konflik ini.
Meski Qatar menyatakan akan melanjutkan mediasi jika ada keseriusan dari kedua belah pihak, situasi yang terjadi di lapangan tetap mengkhawatirkan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Channelnewsasia.com