Mendiktidaintek Tegaskan Alumni LPDP Gak Harus Pulang: Indonesia Gak Punya Tempat yang Cukup Untuk Berkarya

Illustrasi topi kelulusan

INDOZONE.ID - Pada hari Selasa (05/11/2024), Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Satryo Soemantri Brodjonegoro, berpendapat para alumni Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) tidak memiliki kewajiban untuk kembali pulang ke Indonesia selepas lulus kuliah.

Satryo berpendapat bahwa ia tidak akan memaksa para mahasiswa untuk pulang karena Satryo mengakui Indonesia tidak mempunyai tempat yang mumpuni untuk para penerima LPDP berkarya

“Kita belum punya cukup tempat untuk mereka berkarya. Kasihan dia nanti, ilmunya tinggi, di sini tidak ada wadahnya. Lebih baik kamu teruskan ke sana saja. Yang penting merah putih.” ujar Satryo. 

Baca Juga: Gubernur DIY Buka Kerja Sama Bidang Pendidikan, Riset, dan Teknologi dengan Finlandia

Satryo juga menambahkan bahwa pemerintah akan memberikan kesempatan mereka untuk berkarya dimana saja.

Dengan prestasi bagus, mampu bekerja di perusahaan luar negeri yang bagus atau menemukan inovasi baru, jiwa para penerima harus tetap melambangkan Indonesia.

Pernyataan Satryo juga didukung dengan komitmennya untuk meningkatkan industri dalam negeri yang dapat menampung keterampilan serta keahlian para alumni LPDP.

Isu berkelana seputar LPDP cenderung menimbulkan keraguan serta keresahan dari masyarakat tentang penggunaan uang beasiswa.

Namun, keraguan tersebut di jawab oleh Satryo dimana ia berpendapat bahwa melakukan investasi pendidikan tidak akan membawa kerugian.

Baca Juga: Menteri Pendidikan Bakal Renovasi 22 Ribu Sekolah Tidak Terurus, Anggaran Capai Rp20 Triliun

Di sisi lain, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Tekonologi, Stella Christie, juga berkomentar mengenai dana LPDP pada hari Kamis (31/10/2024) lalu.

Stella berkomitmen untuk melakukan analisis terhadap penggunaan dana LPDP dan menganalisis mengenai pengeluaran serta manfaat dari dana tersebut.

“Alokasi dana itu memang perlu kita lihat kembali, apakah dana yang sekarang dipakai, misalnya bahwa kebanyakan dana dipakai untuk program magister itu apakah optimal atau tidak.” jelas Stella.