INDOZONE.ID - Didampingi beberapa Anggota DPRD DIY yakni Eko Suwanto, Yuni Satia Rahayu dan Rita Nurmastuti. Calon Wali Kota dan Calon Wakil Wali Kota Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo dan Wawan Harmawan menemui Ketua PP Muhammadiyah, Dr Haedar Nashir, Kamis (5/9/2024.
Ketua PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir menyampaikan terkait harapan ke depan dalam proses pilkada tahun 2024 ini menurutnya harus bisa membawa nilai demokrasi lebih bermakna.
"Bagaimana kota Yogyakarta? Arahnya ke depan butuh pendapatan per kapita lebih tinggi, sebab selama ini Yogyakarta dikenal masih rendah dengan kemiskinan tinggi ini harus dipikirkan," ucap Haedar, Kamis, (5/9/2024).
"Setuju dengan beliau, apalagi saat ini, memang dunia politik kurang mengedepankan value (nilai). Ditambah, peristiwa politik lekat dengan pragmatisme dan transaksional, jadi ini membuat nilai demokrasi kurang bermakna. Termasuk tadi beliau (Haedar) untuk segera mewujudkan gambaran kota bersih, karena sampah jadi bagian yang perlu diprioritaskan untuk diselesaikan," kata Hasto Wardoyo.
Sebagaimana diketahui, salah satu pasangan calon yang diusung dalam kontestasi Pilkada Kota Yogyakarta tersebut yang mengusung jargon Sehat Kawan, Sedulur Hasto Kancane Wawan diusung oleh PDI Perjuangan.
Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto menambahkan Hasto Wardoyo selama menjabat sebagai Kepala BKKBN memiliki beragam kerjasama dengan elemen perempuan Aisyiah dalam Muhammadiyah.
BACA JUGA Tanpa Koalisi dengan Partai lain, PDIP Usung Hasto Wardoyo Maju Pilkada Kota Jogja 2024
"Saya ikut sowan Prof Haedar Nashir menenami mas dokter Hasto Wardoyo sebagai Kepala BKKBN yang saat ini ditugaskan menjadi Calon Walikota Yogyakarta," kata Eko Suwanto.
Lanjut Eko kembali menekankan bahwa Hasto Wardoyo pada tanggal 28 Agustus 2024 telah ajukan permohonan pengunduran diri sebagai Kepala BKKBN.
"Saat ini sedang berproses, kita tunggu jawaban dari pemerintah," tambah Eko Suwanto.
"Oh ya, dialog tadi berlangsung hangat. Mas Hasto sangat menghormati Prof Haedar Nashir, salah satu pesan beliau agar kedepannya bagaimana membangun bhinneka tunggal ika dan toleransi bisa berjalan baik untuk Yogyakarta," pungkas Eko.
Dialog berlangsung sekitar 45 menit untuk mendiskusikan utamanya terkait masalah publik jelang pemilihan kepala daerah.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Rilis