INDOZONE.ID - Pengamat politik UIN Yogyakarta, Ahmad Norma Permata, angkat bicara terkait mundurnya Airlangga Hartarto dari kursi Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar.
Ia menilai bahwa adanya peran dari pihak luar yang membawa tawaran lebih baik untuk Golkar, baik dalam posisi politik di kabinet maupun akses sumber daya yang lain.
Menurut Norma, Golkar merupakan partai yang memiliki sifat paradoks, yang artinya di satu sisi adalah partai yang cukup disiplin di dalam berorganisasi alias semua keputusan partai dijalankan melalui prosedur rapat yang disepakati.
Di sisi lain Golkar adalah partai yang sangat pragmatis, sebagaimana banyak dimaklumi Golkar tidak pernah dan tidak akan mau berada di luar pemerintahan.
Baca Juga: Media Singapura Sebut Airlangga Hartarto Mundur dari Golkar Karena Isu Korupsi Minyak Sawit
"Oleh karena itu yang telah dan akan selalu terjadi di Golkar adalah perpaduan antara pragmatisme dan prosedural kepartaian. Dan secara umum Partai Golkar sendiri masih berada di di tangan angkatan tua tokoh-tokoh penasehat partai seperti Aburizal Bakrie, Akbar Tanjung, Agung Laksono, dan lain-lain. Mereka inilah yang memiliki pengaruh di jaringan Partai Nasional," kata Norma saat dihubungi wartawan, Selasa (13/8/2024).
Meski begitu, menurut Norma untuk secara operasional, Partai Golkar berada di bawah tokoh-tokoh yang lebih muda, sehingga yang terjadi yaitu dalam kaitanya dengan pragmatisme di atas.
Airlangga Hartanto mengundurkan diri dari Ketum Golkar
"Siapapun akan bisa menguasai Golkar dengan dua syarat, yang pertama, membawa alternatif yang lebih baik secara politik dan finansial, dengan kata lain membawa Golkar pada posisi yang lebih baik secara politik maupun finansial, yang kedua mendapatkan restu dari para senior," ujarnya.
"Jadi apa yang terjadi di Golkar saat ini dengan mundurnya Erlangga Hartanto, menurut saya karena ada tawaran pihak luar yang clear dan clean secara hukum, artinya bukan uang kotor atau posisi yang meragukan. Dan tawaran ini kemudian mendapatkan restu dari para senior di Golkar sendiri, sehingga akhirnya Airlangga harus mundur," sambungnya.
Baca Juga: Golkar Sebut Belum Ada Pemilihan Plt, Sinyal Airlangga Mundur?
Akademisi UIN Yogyakarta itu juga menilai, mundurnya Airlangga dari Ketum Golkar, menurut Norma ini pernah terjadi saat Yusuf Kalla merebut Golkar ketika Musyawarah Nasional (Munas) di Bali tahun 2024 silam.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung