Korban Dugaan Pelecehan Rektor UP Edie Toet Selesai Diperiksa, Ini yang Digali Polisi

Rektor UP non aktif Edie Toet Hendratno (jaket merah).

INDOZONE.ID - Polda Metro Jaya disebut sudah selesai memeriksa dua wanita korban dugaan pelecehan Rektor Universitas Pancasila (UP) non aktif, Edie Toet Hendratno. Sebanyak puluhan pertanyaan dicecar penyidik kepolisian ke dua korban.

"Kita ketahui bahwa pelaku adalah salah satu rektor nonaktif. Jadi saat ini dari klien kami RZ dan DF itu dimintai keterangan perihal peristiwa yang sebenarnya," kata pengacara korban, Yansen Ohairat kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (19/6/2024).

Baca Juga: Jumlah Tersangka Uang Palsu Rp22 M Jadi 4 Orang, Begini Perannya!

Keduanya kini sudah selesai menjalani pemeriksaan. Mereka dikatakan Yansen dicecar sebanyak puluhan pertanyaan.

"Kurang lebih ada 20 pertanyaan dan 20 pertanyaan tersebut telah dijawab dengan baik dan benar ya. Artinya disini dari korban sudah melakukan penjelaskan hak-hak hukumnya sebagai perempuan dan seorang pelapor," ungkap Yansen.

Rektor Universitas Pancasila (UP) non aktif, Edie Toet Hendratno, dan tim kuasa hukumnya di Polda Metro Jaya.

Lebih jauh, Yansen mengungkap materi pertanyaan yang dilayangkan penyidik ke kliennya. Salah satu materi pertanyaan seputar status korban di UP.

"Ada beberapa perbedaan, pertama perihal status. Rekan-rekan media pasti tahu bahwa status dari RZ yang awalnya dipindahkan ke pascasarjana sekarang sudah dipulihan dan dikembalikan ke Lenteng Agung. Jadi, awalnya dari diduga pelaku memindahkan itu, sudah dikembalikan kembali itu perbedannya disitu," kata Yansen.

Baca Juga: Polda Metro ke Vila di Sukabumi, Sita Mesin Cetak Uang Palsu!

Diberitakan sebelumnya, Rektor Universitas Pancasila (UP) non aktif, Edie Toet Hendratno dilaporkan oleh dua orang wanita berbeda ke kantor polisi atas kasus dugaan pelecehan seksual. Kedua korbab sendiri merupakan staf dari UP.

Pihak Edie Toet sendiri membantah adanya tudingan pelecehan seksual. Mereka menduga pelaporan polisi ini sengaja dilakukan oleh pihak terkait lantaran adanya pemilihan Rektor di UP.