Kategori Berita
Media Network
Selasa, 28 MEI 2024 • 09:20 WIB

Mengenang Gempa Jogja 2006, Kepanikan Warga dan Isu Tsunami

14 tahun gempa Jogja trending topic (Twitter)

INDOZONE.ID - Tepat 18 Tahun lalu, pada 27 Mei 2006 sekira pukul 06.00 WIB, gempa berkekuatan 5,9 skala Richter (SR) terjadi di Sesar Opak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Peristiwa kala itu tentu masih terekam dalam ingatan masyarakat. Selain banyaknya korban jiwa, kondisi pasca gempa juga sangat mencengangkan akibat adanya isu tsunami, hingga sulitnya distribusi logistik.

Faizah (65 tahun), Ibu Rumah Tangga di RT 04 Blawong II, Trimulyo, Jetis, Bantul yang menjadi korban gempa tersebut bercerita tentang peristiwa itu. Ketika mulai menceritakan peristiwa itu, dia menyeka air matanya. Ingatannya kembali ke peristiwa 18 tahun yang lalu.

"Nggak kerasa sudah 18 tahun setelah kejadian selamat, alhamdulillah diberikan, masih bertemu anak dan cucu sampai sekarang," katanya pada Senin (27/05/2024).

Ibu tiga anak itu menceritakan saat dirinya sedang memasak air, nasi, dan mengaduk makanan untuk ayam peliharannya. Tak berselang lama, suara gemuruh dari arah barat terdengar.

Seketika, Faizah melihat suami dan juga anaknya yang saat itu sedang tertidur, sudah bangun dan sama-sama menyelamatkan diri dengan keluar dari bangunan rumah.

Dikarenakan puing-puing bangunan yang sudah runtuh, sehingga asap dinding-dinding yang roboh serta aliran listrik yang terputus membuat kondisi sekitar menjadi gelap gulita.

Baca Juga: Pasca Gempa Jogja, Ganjar Adakan Ruang Darurat di Setiap Sekolah

“Keluarnya suasana gelap semua, ngebul semua asap bangunan, keluarnya sampai Allahu Akbar, Allahu Akbar, pokoknya susah sekali, rumah itu semua roboh,” ujarnya.

Tempat tinggalnya pun seketika roboh dengan posisi terbuka, dinding depan roboh ke depan, dinding belakang roboh ke belakang, dinding kanan roboh ke kanan, serta dinding kiri yang roboh ke kiri.

"Robohnya megar, sebelah sini ke sini, belakang ke sana, terus empat tiang penyangga, tenunan itu nggak roboh, genteng masih utuh, dindingnya yang roboh," terangnya.

Ketika proses menyelamatkan diri, dia melihat seorang ibu-ibu yang sedang menggandeng anaknya berteriak 'tsunami, tsunami, tsunami' dari kejahuan. Karena ketakutan warga, isu tersebut kemudian merembet dari mulut ke mulut secara cepat.

Faizah (65 tahun), Ibu Rumah Tangga di RT 04 Blawong II, Trimulyo, Jetis, Bantul yang menjadi korban gempa Yogyakarta.

Tak lama kemudian, Faizah mengajak keluarganya untuk langsung berlindung di masjid sebrang desa mengingat ingatannya terhadap masjid yang masih utuh saat kejadian tsunami di Aceh.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Mengenang Gempa Jogja 2006, Kepanikan Warga dan Isu Tsunami

Link berhasil disalin!