Eks Mendag, Muhammad Lutfi.
INDOZONE.ID - Mantan Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, membagikan kisah sukses hilirisasi yang telah mengubah wajah ekonomi Indonesia dan membuat negara-negara maju menggeliat.
Sebelum Desember 2019, Indonesia terbiasa mengekspor bijih nikel mentah ke China dengan harga rendah. Namun, Lutfi menggambarkan bahwa era ini berakhir ketika Presiden Joko Widodo melarang ekspor ore nikel, mengubah dinamika perdagangan Indonesia secara drastis.
“Ini sudah menjadi cerita dari zaman penjajahan Belanda, tidak pernah berakhir sampai Indonesia merdeka,” ujar Lutfi dalam acara Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas) Talkshow.
Lutfi menjelaskan bahwa kebijakan tersebut memicu lonjakan nilai ekspor Indonesia. China merespons dengan menerapkan kebijakan bea masuk tindak pengamanan (BMTP) atau safeguard, menunjukkan kekhawatiran terhadap dampaknya terhadap industri baja nirkarat China.
Meskipun awalnya ada ketakutan bahwa kebijakan ini dapat merugikan ekspor Indonesia, ternyata neraca perdagangan tetap positif, bahkan tumbuh hampir dua kali lipat dalam pengiriman baja nirkarat.
“Neraca perdagangan Desember 2019 ekspor ore kita yang berbasis nikel US$1,1 miliar (setara Rp17,4 triliun). Ini belum bicara baterai. Januari 2020 kita lihat berapa ekspor kita yang berbasis berdasarkan nikel yang sudah diolah menjadi stainless steel. Angka loncat jadi US$10,86 miliar (setara Rp 171,8 triliun). Ada 11 kali nilai tambah, ekspor lagi ke China 69%. Kemudian, industri China yang paling kompetitif di dunia kalah sama Indonesia, dikasih barrier (hambatan tarif 20%),” ujar Luthfi.
Namun, tantangan tidak hanya datang dari China. Eropa juga berusaha mencekal pertumbuhan ekspor Indonesia dengan alasan lingkungan. Lutfi menegaskan bahwa Indonesia tidak tinggal diam, melawan kebijakan diskriminatif ini melalui World Trade Organization (WTO).
Upaya ini mencerminkan tekad pemerintah Indonesia untuk menghadapi rintangan global dalam mencapai tujuan hilirisasi.
“Kita ada deadline, kalau tidak industrialisasi, telat dan tidak melaksanakan pada hari ini juga, maka kita tidak bisa keluar middle income trap 2038-2040 kita selesai,” tutur mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat itu.
Lutfi, yang mendukung penuh hilirisasi, melihat potensi besar Indonesia untuk menjadi negara dengan perekonomian kuat. Dia berbicara tentang urgensi industrialisasi sebagai kunci keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah.
Pada akhirnya, mantan Menteri Perdagangan ini melihat hilirisasi sebagai kunci keberhasilan Indonesia dalam menghadapi masa depan perekonomian global.
"Hilirisasi nikel memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi kita. Jadi program hilirisasi Presiden Jokowi harus dilanjutkan,” kata Anggawira.
Ketua Umum Repnas, Anggawira, juga menyuarakan dukungan untuk hilirisasi sebagai langkah maju bagi Indonesia. Menurutnya, hilirisasi telah meningkatkan daya tawar Indonesia di kancah global, membuat negara ini semakin sulit untuk ditekan oleh negara lain.
Sebagai negara penghasil nikel terbesar di dunia, Indonesia dianggap memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam rantai pasok global.
"Ini potensi besar untuk pembuatan mobil listrik besutan Indonesia sendiri. Jika tidak diolah, maka akan menjadi negara yang begini-begini saja, tidak naik kelas dan tidak maju-maju," kata dia.
Dalam konteks hilirisasi nikel, Anggawira melihatnya sebagai peluang besar untuk pengembangan mobil listrik buatan Indonesia.
Ia menyatakan bahwa jika potensi ini tidak dimanfaatkan, Indonesia mungkin terjebak dalam stagnasi ekonomi dan tidak mampu untuk naik kelas.
Dengan cerita sukses hilirisasi ini, baik Lutfi maupun Anggawira sepakat bahwa kebijakan hilirisasi harus diteruskan oleh pemerintah yang akan datang, terlepas dari hasil Pilpres 2024.
Mereka meyakini bahwa hilirisasi adalah kunci bagi Indonesia untuk naik kelas menjadi negara maju dan berdaya saing di tingkat global.
Writer: Victor Median
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.