Kontak Senjata dengan Satgas Madago, 2 Teroris Poso Tewas, Salah Satunya Pimpinan MIT

2 jenazah teroris Poso yang tergabung dalam Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Desa Astina, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah. (foto/istimewa).

Telah terjadi kontak senjata antara Satuan Tugas (Satgas) Madago Raya dengan teroris Poso yang tergabung dalam Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Desa Astina, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah, pada hari Sabtu, (18/9) sekira pukul 18.00 WITA.

Dari peristiwa tersebut, 2 orang teroris Poso yang tergabung dalam MIT tewas mengenaskan. Dari dua teroris tersebut, diduga salah satunya, Ali Kalora, yang merupakan pimpinan MIT.

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari @andreli48, satu jenazah lainnya diduga merupakan Jaka Ramadhan. Kemudian, dari peristiwa kontak senjata itu, Satgas Madago Raya mengamankan sejumlah barang bukti milik kedua, salah satunya sepucuk senjata api M16.

Namun sebelumnya, kedua nama orang tersebut sudah dimasukkan dalam daftar pencarian orang (DPO) terkait tindak pidana terorisme. Hal ini pun dibenarkan Danrem 132 Tadulako Brigadir Jenderal TNI H Faid Makrut, tentang adanya kontak senjata antar Satgas Madago tersebut.

"Ia benar, memang terjadi kontak tembak dengan 2 DPO. Namun, kepastiannya nanti," ujarnya.

Sedangkan, Kapolda Sulteng, Irjen Rudy Sufahriadi, menymapaikan bahwa personenya telah mengamankan lokasi dan ada sebagian juga mengejar emp[at orang lainnya di TKP.

"Ali Kalora sebelum tewas ditembak bersama anak buahnya masuk dalam enam DPO Satgas Madago Raya. Ali Kalora tewas tertembak bersama anak buahnya Jaka Ramadhan," ujarnya.

"Ya, ada 6 DPO. Tertembak 2, sisa 4 orang ini orang Bima semuanya, simpatisan yang terpengaruh konflik Poso zaman dahulu, termasuk kelompok Santoso dulu," ungkap Irjen Rudy.

Artikel Menarik Lainnya:

Ternyata Lalu Muhammad Zohri Keturunan Bangsawan, Menurut KBBI
Viral, Rekaman Video Ulama Melapor ke Kapolda Aceh: Mohon Diberantas Judi Online
KKB Lakukan Kekerasan Kepada Perawat, Ratusan Nakes Tanyakan Peran HAM di Papua