Kategori Berita
Media Network
Minggu, 06 JUNI 2021 • 11:39 WIB

Studi RSCM: Pasien Covid-19 Anak Miliki Risiko Kematian bila Diiringi Komorbid

Tenaga kesehatan menyiapkan peralatan kesehatan bagi pasien Covid-19 di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA). (ANTARA/Raisan Al Farisi)

Studi Tim Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta melaporkan, pasien anak yang terinfeksi Covid-19 memiliki risiko kematian yang tinggi bila diiringi dengan komorbid.

"Sebagian besar pasien anak yang meninggal memiliki komorbid (penyakit penyerta). Umumnya memiliki lebih dari satu komorbid. Kebanyakan yang dominan adalah pasien dengan gagal ginjal, kemudian pasien dengan keganasan,” ujar Peneliti Utama Tim RSCM, Rismala Dewi, dikutip Antara, Minggu (6/6/2021).

Riemala menerangkan, penelitian dilakukan pada periode Maret-Oktober 2020 dengan meneliti 490 pasien anak yang dirawat karena Covid-19. Dia menerangkan, 40 persen pasien anak memiliki tingkat risiko kematian yang tinggi.

Hasil penelitian ini juga telah diterbitkan dalam International Journal of Infectious Diseases dengan judul 'Mortality in children with positive SARS-CoV-2 polymerase chain reaction test: Lessons learned from a tertiary referral hospital in Indonesia’.

Sementara Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Cissy Kartasasmita menyatakan, risiko anak untuk terinfeksi dan sakit akibat Covid-19 sangat rendah. 

Baca Juga: Pemerintah Siapkan Travel Bubble untuk Memudahkan Perjalanan Secara Bebas

"Ini berdasarkan referensi jurnal medis terpercaya yang ada," tutur Cissy.

Cissy yang merupakan dokter spesialis anak itu menambahkan, pasien anak cenderung tidak bergejala ataupun pada umumnya ringan bila tertular.

Disampaikan Cissy, tidak menutup kemungkinan kalau pasien anak ada yang bergejala berat, masuk ruang perawatan intensif, hingga meninggal dunia akibat Covid-19.

“Biasanya karena memiliki penyakit lain sebelumnya seperti komorbid atau kurang gizi. Angka kematian di negara lain sebenarnya cukup rendah meski dalam hasil studi di Indonesia kita tinggi,” tegas dia.

Pernyataan Cissy mengacu pada jurnal medis berjudul Children and Adolescents With SARS-CoV-2 Infection, menunjukkan bahwa saat terinfeksi Covid-19, anak anak tidak menunjukkan gejala (asymptomatic) atau bergejala ringan.

Dalam jurnal tersebut dari 203 pasien anak yang tertular Covid-19, 54,7 persen tidak memperlihatkan gejala, hanya 26,1 persen saja yang perlu perawatan akibat Covid-19, dan yang paling banyak dirawat adalah bayi berusia kurang dari satu tahun yaitu 19,5 persen dari total kasus.

Menurut dia, orang dewasa berperan penting dalam penularan virus kepada anak-anak, sementara anak-anak menularkan ke sesamanya dalam level yang moderat. Kecenderungan level penularan yang tinggi juga tergantung dari usia mereka.

"Jurnal medis lain dari RSUD Mataram, NTB dengan judul Characteristics and Outcomes of Children with Covid-19 in West Nusa Tenggara Province, Indonesia menyebutkan bahwa fatalitas kasus Covid-19 pada anak karena terlambatnya datang ke pelayanan kesehatan, adanya penyakit lain, dan akses ke pelayanan kesehatan yang sulit," urainya.

Walaupun data-data menunjukkan kasus Covid-19 pada anak biasanya tidak bergejala, namun orang tua perlu terus menjaga anak-anak mereka agar tidak tertular. 

"Khawatirnya apabila anak-anak dengan penyakit penyerta seperti jantung, ginjal, TBC, asma, memperburuk kondisinya apabila tertular Covid-19," ungkap Cissy.

Dia juga menekankan pentingnya mempertahankan daya tahan tubuh anak-anak dengan mencukupi kebutuhan makanan bergizi seimbang, minum air putih dan istirahat yang cukup, olahraga secara teratur serta lengkapi imunisasinya.

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Studi RSCM: Pasien Covid-19 Anak Miliki Risiko Kematian bila Diiringi Komorbid

Link berhasil disalin!